INFRASTRUKTUR DAERAH - PAGI itu Pelabuhan Labuan Bajo tampak sepi. Namun, banyak aktivitas yang dilakoni. Para awak kapal yang sibuk membersihkan kapalnya, truk-truk barang yang berlalu lalang, para wisatawan yang siap-siap memasuki kapal, hingga pekerja bangunan yang sibuk mengerjakan bagiannya masing-masing.
Memang, saat memasuki Pelabuhan Labuan Bajo, aktivitas pembangunan masih terlihat dimana-mana. Pelabuhan ini masih membutuhkan perluasan. Lahan seluas 1 hektare itu belum cukup menampung ratusan kapal yang ada.
Apalagi, pelabuhan tersebut tak hanya melayani kapal-kapal penumpang dan wisata, tetapi juga digunakan sebagai tempat persinggahan kapal barang.
Saat ini, Pelabuhan Labuan Bajo sudah memiliki 1 ruang tunggu, dermaga sepanjang 245 meter, dan 4 jembatan sebagai tempat pengunjung berlalu lalang. Dari 4 jembatan tersebut, 1 jembatan masih dalam pembangunan.
Berdasarkan data Kementerian Perhubungan, frekuensi kunjungan kapal Pelni mencapai 4 kali setiap minggu dengan 200 penumpang yang naik turun. Ada 60 kapal yang setiap hari melakukan wisata. Bahkan, ada kapal cruise 1 kali per bulan yang berlabuh di perairan Pulau Komodo.
Untuk kapal barang, terdapat kapal kontainer yang singgah 1 kali per minggu, kapal roro 3 kali setiap minggu, dan kapal layar motor (KLM) 2 kali setiap minggu.
Kepala UPP Kaban Bajo Dwikora Simanjuntak mengatakan, hingga saat ini proses reklamasi di Pelabuhan Labuan Bajo masih berlangsung. Perluasan ke arah laut harus dilakukan mengingat daratan yang sudah dipenuhi masyarakat. Proses reklamasi pun sudah mencapai 83%.
Nantinya, di atas reklamasi tersebut akan dibangun ruang tunggu untuk penumpang. Dwikora berpendapat, ruang tunggu untuk penumpang masih perlu ditambah.
"Dengan banyaknya penumpang saat ini perlu ada penambahan. Rencananya tahun depan sudah kami anggarkan pembangunan ruang tunggu di tanah yang direklamasi sekarang," tutur Dwikora kepada Kontan.co.id, Minggu (22/9).
Dwikora menambahkan, salah satu tujuan pembangunan ini demi kenyamanan penumpang. Tak hanya pembangunan ruang tunggu, pembangunan pelabuhan baru khusus untuk kapal barang pun akan dilakukan.
Direktur Jenderal Perhubungan Laut R Agus Purnomo beralasan, pembangunan untuk kapal kargo diperlukan mengingat luas Pelabuhan Labuan Bajo yang tak terlalu besar.
"Kalau ada kontainer di sini, macet semua jalannya (lalu lintas pelabuhan). Lalu ini kotor sekali maka dimintakan pindah," ujar tutur Agus.
Director of Marketing Sea Safari Cruises Eva Tanudjaja pun mengakui ukuran dermaga Pelabuhan Labuan Bajo yang tak terlalu besar menghambat ruang gerak kapalnya yang berukuran 253 Gross Ton (GT).
Eva mengakui, akibat terbatasnya panjang dermaga dan kedalaman laut yang tak merata, kapalnya sulit untuk bersandar. Bila bersandar pun, kapal tersebut harus bersandar di tempat dengan kedalaman yang sesuai. Akhirnya, kapal lebih sering dilabuhkan di tengah perairan.
Padahal, dia berharap kapal bisa bersandar bila ada penumpang yang akan naik ke kapalnya. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, penumpang pun harus diangkut menggunakan kapal kecil terlebih dahulu.
Tak hanya itu, Eva pun mengaku kapalnya jarang disandarkan ke palabuhan karena debu yang ditimbulkan dari bongkar muat dari kapal barang.
Karena itu, dia merespon positif rencana pemerintah yang ingin membangun pelabuhan untuk kapal kargo. "Bagus. Jadi kalau bisa penumpang dan kargo dipisahkan," tutur Eva.
Sea Safari sendiri ditujukan untuk kapal wisata dengan target pasar menengah ke atas. Biasanya, kapal ini melakukan pelayaran selama 3 - 5 hari.
Awalnya, fasilitas di kapal ini dipromosikan kepada penyelam-penyelam asing yang sudah berpengalaman. Namun, mengingat pasar domestik yang berkembang, Sea Safari pun mulai ditawarkan kepada pasar dalam negeri.
Eva mengaku, untuk bisa menarik wisatawan khususnya kelas menengah ke atas, perlu perbaikan infrasrtuktur yang masif di Labuan Bajo.
Tak hanya di pelabuhan, infrastruktur sekitarnya pun harus ditingkatkan. Adanya Kawasan Terpadu Marina Labuan Bajo yang sedang dalam tahap pembangunan pun dianggap menjadi salah satu daya tarik.
"Sebetulnya kalau menegah atas, mereka tertarik pada fasilitas yang ada di sini [Labuan Bajo]. Kalau mereka ikut trip, mereka juga berpikir apa yang bisa didapatkan selain dari trip yang diikuti. Sementara fasilitas infrastrukturnya minim, jadi mau tidak mau kita menjual leisure yang ada di kapal saja," tutur Eva.
Sementara itu, Dwikora menyebut saat ini kedalaman laut di dermaga sekitar 12 meter. Dia mengaku, banyak kapal wisata yang berukuran besar yang lebih memilih untuk berlabuh di tengah laut karena alasan kenyamanan.
Dia pun mengatakan, di Pelabuhan Labuan Bajo, kapal yang tak memiliki kegaitan diharuskan keluar dari pelabuhan sehingga kapal-kapal lain bisa beraktivitas dengan baik.
Dwikora mengakui masih banyak perbaikan infrastuktur yang diperlukan untuk menarik wisatawan ke Labuan Bajo. Dia berharap, Pelabuhan Labuan Bajo menjadi seperti bandara internasional.
"Dengan meningkatnya wisatawan mancangera dan domestik kita membutuhkan pembenahan. Kita menginginkan pelabuhan itu harus seperti bandara internasional. Keluar masuk peenumpang itu harus ada detectornya. jadi kita bisa mendeteksi apakah mereka membawa barang yang dilarang atau tidak. Kalau sekarang kan semuanya manual," jelas Dwikora.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News