Potret usaha mikro naik kelas, Sasirangan Bordir diharapkan ada pengembangan produk

Sabtu, 08 Februari 2020 | 08:57 WIB   Reporter: Ratih Waseso
Potret usaha mikro naik kelas, Sasirangan Bordir diharapkan ada pengembangan produk

ILUSTRASI. Menkop UKM berkunjung ke NDF Sasirangan di Banjarbaru, Kalimantan Selatan (7/2/2020).


UMKM - BANJARMASIN. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop dan UKM) terus mendorong sektor UMKM untuk naik kelas, dari mikro ke kecil, kecil ke menengah.

Oleh karenanya diperlukan kerja sama antara pemerintah pusat, daerah dan sektor swasta dalam mewujudkan program nasional tersebut.

Salah satunya adalah Sasirangan Bordir NDF yang berada di Desa Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka, Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

Baca Juga: Suplai bahan baku rotan tidak stabil, Menkop dan UMKM kunjungi Banjarmasin

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, Sasirangan bordir merupakan industri rumahan, potret usaha mikro yang terus berkembang dengan dukungan pemerintah daerah, dengan membudayakan sebagai pakaian dinas.

"Ini sudah jadi industri rumahan yang berkembang. Tadinya masyarakat disini pendulang intan. Sekarang pelan-pelan terlibat dalam batik Sasirangan. Permintaannya cukup besar bahkan kurang," tutur Teten dalam siaran pers tertulis yang diterima Kontan.co.id pada Jumat (7/2).

Teten mengharapkan adanya pengembangan produk melalui riset dan development (RnD) kerja sama dinas UMKM dan BNI. Agar produk yang dihasilkan disesuaikan selera pasar serta design baru.

Baca Juga: Genjot ekspor mebel dan kerajinan, HIMKI ajukan 10 rekomendasi ke Kemenkop dan UKM

"Harus dikembangkan riset and developmentnya. Mengembangkan produk design baru disesuaikan dengan selera. Karena UMKM rata rata tidak punya riset. Kerja sama dengan dinas, BNI. Terus mengembangkan bukan hanya design juga development produk," ujarnya.

Selain itu, kata Teten, harus mulai dirubah, pewarna yang selama ini menggunakan bahan kimia, ke bahan alam. Karena di wilayah Kalimantan diakui memiliki kekayaan yang luar biasa dalam hal pewarna alami.

"Diusahakan bahan motif pewarna. Ini masih pakai kimia. Ke depan dipikirkan alam. Di kalimantan banyak pewarna alam. Suku Dayak punya pengetahuan banyak tentang itu," tambahnya.

Baca Juga: Kemenkop dan UKM tunjuk deputi baru, program strategis diharapkan terakselerasi

Selain itu diterangkan Teten, melalui pembiayaan dari BNI melalui Kredit Usaha Rakyat membuat usaha mikro ini naik kelas menjadi usaha kecil. Pihaknya optimistis sektor tersebut akan terus berkembang, dikarenakan market yang selalu dibutuhkan.

"Pembiayaan BNI dengan KUR maksimum Rp 500 juta. Contoh usaha mikro yang berkembang naik kelas. Ini bisa tumbuh terus karena marketnya ada," tambahnya.

Meskipun belum berorientasi ekspor, namun dengan upaya yang dilakukan pemerintah daerah dengan mewajibkan pegawainya menggunakan batik Sasirangan merupakan langkah yang tepat.

"Langkah pemerintah daerah yang mewajibkan pegawainya menggunakan batik sasirangan. Ini sudah tepat. Jadi kita gak harus berpikir ekspor," kata Teten.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto

Terbaru