Produksi kopi Sumut tergerus erupsi Sinabung

Senin, 23 Mei 2016 | 13:49 WIB Sumber: Antara
Produksi kopi Sumut tergerus erupsi Sinabung


MEDAN. Produksi kopi di Sumatera Utara akan semakin menurun. Pasalnya, tanaman di Desa Gamber, Simpang Empat dan kawasan lainnya di Kabupaten Karo rusak akibat erupsi Gunung Sinabung yang diikuti luncuran awan panas pada Sabtu (21/5).

"Karo juga menjadi salah satu sentra kopi Sumut, meski sebagian masyarakat seperti di Desa Gamber menjadikan kopi sebagai tanama sela," kata Ketua Asosaisi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Sumut, Saidul Alam, Senin (23/5).

Luncuran awan panas diinformasikan merusak panen kopi yang tinggal sedikit. Menurut Saidul, dengan produksi yang terganggu di Karo, maka hasil panen di Sumut yang memang tinggal sedikit akibat sedang memasuki masa-masa di ujung panen akan semakin menurun. Akibatnya, harga kopi di tingkat petani juga semakin mahal.

"Mahalnya harga di tingkat petani akan semakin menyulitkan eksportir melakukan ekspor, karena pembeli akan menahan pembelian," ucap Saidul.

Menurut dia, pembeli atau buyer berharap kopi biji arabika dijual eksportir sekitar US$ 4,6 per kilogram (kg). Padahal, akibat produksi di Sumut atau dalam negeri lebih sedikit memicu harga beli ke petani naik, sehingga eksportir menjual di atas US$ 4,7 per kg.

"Akibat belum ada titik temu harga, maka ekspor kopi sedikit terhambatdalam beberapa bulan terakhir dan bencana Sinabung akan semakin menurunkan ekspor," tutur Saidul.

Pada tahun 2015, ekspor kopi Sumut masing-masing sebanyak 70.784.579 kg untuk jenis biji kopi arabika, dan 144.570 kg biji robusta.

Pengamat ekonomi Sumut, Wahy Ario Pratomo mengatakan, pemerintah harus belajar dari berbagai bencana yang terjadi di sentra-sentra produksi komoditas unggulan seperti di Karo.

Menurut dia, pemerintah harus memperluas berbagai penanaman tanaman ke berbagai daerah sehingga saat suatu daerah terganggu produksinya, daerah lain bisa membantu meningkatkan pasokannnya.

"Infrastruktur jalan ke lokasi perkebunan/pertanian juga perlu ditingkatkan agar biaya transportasi dapat lebih murah sehingga harga jual tidak menjadi beban dalam biaya produksi dan petani bisa lebih cepat menjual barang hasil panennya," ujar Wahyu. (Evalisa Siregar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini

Terbaru