CLOSE [X]

Pulau Rote, Pulau Paling Selatan di Indonesia: Suku, Bahasa, Agama, dan Keiistimewaan

Selasa, 05 Desember 2023 | 15:15 WIB   Penulis: Virdita Ratriani
Pulau Rote, Pulau Paling Selatan di Indonesia: Suku, Bahasa, Agama, dan Keiistimewaan

ILUSTRASI. Pulau Rote


Pulau Rote - Pulau Rote adalah pulau paling Selatan di Indonesia. Pulau Rote terletak di Perairan Laut Sawu yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia di sebelah Selatan dan masuk dalam wilayah Kabupaten Rote Ndao. 

Luas pulau Rote adalah 1.200 km persegi dan berada pada posisi Barat Daya pulau besar Timor, yang sebelah Utara berbatasan dengan Laut Sawu, dan sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Timor. 

Keiistimewaan pulau Rote salah satunya adalah titik nol Indonesia di bagian Selatan berada di pulau ini. Sehingga, wilayah ini dikenal sebagai salah satu pulau terluar di Indonesia. 

Pulau Rote dikenal dengan kekhasan budidaya lontar, musik sasando, dan topi adat Ti'i Langga. 

Lantas, seperti apa sejarah pulau Rote, bahasa daerah suku Rote, agama di pulau Rote, dan keiistimewaan pulau Rote? 

Baca Juga: Gencarkan Wisata Indonesia Timur, Tourindo Guide (PGJO) Gandeng JMtransindo

Sejarah pulau Rote


Sejarah Pulau Rote

Sejarah mengenai leluhur orang Rote pertama datangnya dari Sera Sue do Dai Laka. Dirangkum dari buku "Otak Rote: Perspektif Kehidupan Sosial Politik Orang Rote", pulau Seram menjadi salah satu tempat yang banyak ditafsirkan sebagai asal muasal leluhur orang Rote. 

Kata Sera Sue merujuk pada salah satu tempat di pulau Seram yang bernama Sue. Sedangkan Dai Laka merujuk pada nama tempat di Maluku. 

Sedangkan dirangkum dari laman Kompas.com (3/9/2022), Dalam arsip Hindia Belanda, Pulau Rote ditulis dengan Rotti atau Rottij yang kemudian menjadi Roti. 

Masyarakat Rote yang memiliki beberapa dialek menyebut pulau ini dengan "Lote", khususnya untuk masyarakat yang tidak dapat menyebut huruf R. 

Baca Juga: Mengapa Harga Telur Terus Merangkak Naik?

Sementara, masyarakat Rote lainnya menyebut pulau ini dengan "Lolo Deo Do Tenu Hatu" artinya pulau yang gelap.

Ada juga masyarakat yang menyebut "Nes Do Male" yang berarti pulau yang Layu/kering. Sebutan lainnya adalah "Lino Do Nes" yang artinya pulau sunyi.

Dalam perjalanannya, nama Rote lebih banyak digunakan dalam bahasa sehari-hari. Pulau Rote adalah salah satu daerah dengan produksi agraria yang cukup tinggi pada abad ke-17. Hal ini menjadi sasaran utama Belanda untuk menguasainya ketika menempati daerah Timor. 

Selain itu, kedatangan Belanda di pulau Rote bukan merupakan suatu rencana kolonialisme di pulau itu, tetapi hanya dijadikan sebagai tempat perlindungan dari Portugis yang telah menguasai beberapa tempat di pulau Timor. 

Baca Juga: BMKG Mencatat Gempa Terkini Magnitudo 7,5 Terasa dari Merauke hingga Pulau Rote

Belanda pertama kali mendarat di pulau Timor pada 1953 dan mulai mendapat serangan dari sekutu Portugis pada Desember 1653. Selain itu, raja-raja pedalaman di Kupang juga bersekutu dengan Portugis mulai mengancam benteng-benteng Belanda.

Namun, Belanda kemudian dipermudah setelah beberapa kerajaan yang berseteru dengan kerajaan yang bersekutu dengan Portugis memanfaatkan Belanda untuk melawan Portugis. 

Akhirnya, Belanda berhasil mengusir Portugis dari Rite dan kerajaan yang bersekutu dengan Belanda berhasil menguasai kerajan yang bersekutu dengan Portugis. 

Baca Juga: Dimulai Hari Ini (7/9), Catat Jadwal, Jam dan Lokasi Hari Tanpa Bayangan Matahari

Suku Rote

Suku Pulau Rote

Sebagian besar penduduk yang mendiami pulau Rote/Kabupaten Rote adalah suku-suku kecil Rote Nes, Keo Nes, Bara Nes, Pilo Nes, dan Fole Nes. Suku-suku tersebut mendiami wilayah kesatuan adat yang disebut Nusak.

Semua Nusak yang terdapat di pulau Rote disatukan dalam wilayah kecamatan.

Nama bahasa daerah suku Rote 

Nama bahasa daerah suku Rote adalah bahasa Rote. Dirangkum dari buku "Tata Bahasa Rote", bahasa Rote adalah salah satu bahasa yang termasuk rumpun bahasa Austronesia dalam kelompok bahasa Ambon-Timor. 

Baca Juga: Digitalisasi Jadi Pendorong Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Dalam penuturannya, bahasa Rote tidak hanya digunakan di Pulau Rote, tetapi juga digunakan di beberapa tempat di Pulau Timor yang merupakan pemukiman orang Rote. 

Misalnya, Kota Kupang, Tarus, Oesapu, Babau, Oesao, Nunkurus, Pariti, Sulamu, Camp-long, So'e, Tuakau, Naus, Naikliu, Oepoli, Kefa, Atapupu, dan Lifao di Timor Leste.

Bahasa Rote adalah bahasa variatif yang terdiri dari dialek-dialek. Ada enam dialek dalam bahasa Rote diantaranya:

  • Thie, Loleh, dan Ba'a
  • Termanu, Talae, dan Keka
  • Korbaffo
  • Landu, Renggou, Oepa, Bilba, Diu, Lelenuk, dan Bokai
  • Delha dan Oenale
  • Dengka dan Lelain

Baca Juga: Antisipasi Cuaca Buruk, Kemenhub Siapkan Mitigasi Transportasi Laut

Agama di pulau Rote

Kepercayaan orang Rote pada Sang Pencipta, yaitu Lamatuan atau Lamatuak. Sosok tersebut dipandang sebagai pencipta, pengatur, dan pemberi berkah yang dilambangkan dengan tiang bercabang tiga. 

Saat ini, suku Rote banyak yang menganut agama Kristen Protestan, Kristen Katolik, maupun Islam.

Keiistimewaan pulau Rote


Pariwisata Pulau Rote

Sementara itu, dirangkum dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Rote Ndao, berikut adalah beberapa keistimewaan dan wisata yang ada di pulau Rote:

1. Pantai Oeseli

Pantai Oeseli adalah pantai yang terletak di Desa Oeseli, Kecamatan Rote Barat Daya, pantai ini akan ramai dikunjungi oleh anak muda dari desa setempat pada hari libur. 

Berbeda tipikal dengan Bo’a dan Nemberala yang berombak, Pantai Oeseli cenderung lebih tenang dengan ombak dan gelombang yang tidak besar sehingga sangat nyaman untuk melakukan aktivitas berenang atau sekedar bermain air.

Baca Juga: Cuaca Ekstrem Nataru, Ini 7 Rekomendasi dari BMKG

2. Telaga Nirwana

Telaga Nirwana berada kurang lebih 200 meter dari bibir pantai Buadale tepatnya di Dusun Kotalai Desa Oeseli, Kecamatan Rote Barat Daya, Kabupaten Rote Ndao, Provinsi Nusa Tenggara Timur. 

Di tengah telaga tersebut ada sebuah lempengan batu besar berbentuk hati yang dikelilingi bentangan pasir putih di dasar air yang tembus pandang, dengan kedalaman air setinggi pinggang orang dewasa.

3. Pantai Nembrala 

Pantai Nemberala terletak di Desa Nembrala, Kecamatan Rote Barat, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur. Selain memiliki pantai dan pasir putih yang indah, gulungan ombak Pantai Nembrala juga sudah mendunia. 

Setiap musim ombak (bulan Agustus-Oktober) tiba di Pantai Nembrala dan Bo’a biasanya diadakan event olah raga surfing baik regional maupun berkelas internasional.

Baca Juga: HUT RI Ke-77, TNI AL Kibarkan Bendera Merah Putih di Bawah Laut di 77 Lokasi

4. Pantai Bo'a

Pantai Bo'a terletak di Kecamatan Rote Barat, sekitar 7,5 km dari kota kecamatan. Pantai Bo’a merupakan lokasi lomba selancar berstandar internasional karena memiliki gulungan ombak terbesar ke-2 setelah Hawaii. 

Lomba yang diikuti para penggila selancar dari seluruh dunia biasanya diadakan antara Oktober-September. Bo’a pun semakin istimewa dengan gelombang lautnya yang dikenal dengan “Gelombang G” yang sangat cocok untuk kegiatan surfing, diving ataupun sailing.

5. Danau Laut Mati 

Danau Laut Mati terletak di Desa Sotimori, Kecamatan Rote Timur, Kabupaten Rote Ndao. Waktu tempuh dari ibu kota kabupaten ke daerah ini memakan waktu 90 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor.

Menikmati Laut Mati bisa dilakukan dengan menumpang jet ski mengelilingi mengelilingi pulau-pulau kecil yang berada di dalamnya. Objek wisata ini memiliki keunikan antara lain pasirnya berasal dari kulit kerang (keong). Ikan yang hidup di dalamnya adalah ikan mujair (ikan air tawar).

Baca Juga: Prospek Bisnis Layanan Internet Broadband Masih Terbuka Lebar

6. Pantai Oesosole 

Pantai Oeseosole adalah pantai berpasir putih dan memiliki batu karang berbentuk hati ini terletak di Desa Faifua – Kecamatan Rote Timur – Kabupaten Rote Ndao. 

Berjarak 55 km dari kota Ba’a, bisa ditempuh kurang lebih 1 jam 30 menit. Pantai ini belum terlalu dikunjungi sehingga kita seperti berada di pantai pribadi.

Baca Juga: Liburan ke Mandalika & Bali, Diskon Hotel dan Tiket Pesawat di PegiPegi Sampai 50%

7. Spesies burung baru di pulau Rote 

Pada 2018 silam, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menemukan spesies burung baru di pulau Rote. 

Burung bernama Myzomela irianawidodoae adalah satwa endemik Pulau Rote, dalam famili Meliphagidae, dengan status dilindungi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya.

Demikian informasi mengenai letak pulau Rote, bahasa suku Rote, agama di pulau Rote, dan keiistimewaan pulau Rote. 

Selanjutnya: Ini Fokus Investasi Matahari Department Store (LPPF) di Tahun 2024

Menarik Dibaca: SnackVideo Lindungi Kontennya dari Hal Negatif dan Berbahaya, Begini Caranya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Virdita Ratriani

Terbaru