Sampah antariksa di Sumenep terbesar di Indonesia

Jumat, 07 Oktober 2016 | 18:37 WIB Sumber: Kompas.com
Sampah antariksa di Sumenep terbesar di Indonesia


BANDUNG. Puing roket Falcon 9 yang jatuh di Desa Lombang, Kecamatan Gili Genting, Kabupaten Sumenep pada Senin (26/9) menjadi sampah antariksa terbesar yang pernah ditemukan di Indonesia. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin, dalam konferensi pers yang digelar di Bandung, Jumat (7/10).

Thomas menjelaskan, sejak berdiri, Lapan telah menemukan sampah antariksa tiga kali. Puing sisa misi antariksa pertama yang ditemukan adalah pecahan roket Rusia yang jatuh di wilayah Gorontalo pada tahun 1981. Kedua, salah satu bagian roket Soyuz A-2 Space Launcher 4 milik CIS Rusia juga jatuh di Lampung pada 16 April 1988. Benda itu berfungsi sebagai peluncur satelit cosmos 1938 (satelit mata-mata militer).

Sementara pecahan roket CZ-3 (satelit komunikasi DHF-3) milik Tiongkok menjadi benda antariksa berukuran besar ketiga yang ditemukan LAPAN. Benda itu jatuh di kebun karet, Desa Bukit Harapan V, Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara pada 14 Oktober 2003.

"Temuan kali ini paling besar dan paling banyak, karena selebihnya di Gorontalo hanya satu saja, itu tabung hampir bentuk bola yang berdiameter kira-kira 1 meter. Di Lampung juga sama. Kemudian di Bengkulu hanya lempeng logam 60 cm x 60 cm," jelas Thomas.

Peneliti Lapan, Rhorom Priyatikanto mengatakan, puing Falcon 9 yang ditemukan adalah tiga tabung yang diberi nama composite overwrapped presized vessel, berbobot 80 kg-100 kg. Panel kontrolnya berbobot 5 kg. Tabung itu dalam keadaan kosong.

"Fungsinya untuk menampung helium yang mengatur tekanan liquid oxygen yang ada dalam roket tersebut. Kemudian ada satu bagian mirip panel kelistrikan, itu memang sistem kontrolnya roket itu," ucap Rhorom.

Thomas menjelaskan, sebetulnya banyak sampah antariksa yang jatuh di Indonesia, namun ukurannya relatif kecil dan sulit teridentifikasi. "Banyak yang jatuh di laut, di hutan, mungkin bagi daerah yang punya gurun jatuh di gurun," ungkapnya.

Jatuhnya sampah antariksa sulit diprediksi. Karenanya, negara-negara pemilik benda antariksa itu biasanya mengirimkan peringatan ke negara yang dilintasi sampah antariksanya. Tapi, kali ini, Indonesia tak mendapat peringatan akan jatuhnya puing roket Falcon 9.

(Dendi Ramdhani)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini

Terbaru