VIRUS CORONA - SURABAYA. Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menanggapi pernyataan Gugus Tugas Covid-19 Jawa Timur terkait Kota Surabaya yang bisa menjadi seperti Kota Wuhan.
Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya M Fikser mengatakan, saat ini Pemkot Surabaya tengah berjuang keras untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Baca Juga: Jokowi minta kereta cepat Jakarta Bandung dilanjutkan hingga Surabaya
Jika dalam prosesnya terjadi penambahan kasus, itu karena pemkot menggelar rapid test dan swab secara masif dan massal di level bawah atau akar rumput. "Tentunya itu mempengaruhi hasil. Ya, kita berusaha untuk tidak terjadi seperti di Wuhan, siapa yang menginginkan itu. Saya yakin yang menyampaikan juga tidak menginginkan seperti itu," kata Fikser saat dikonfirmasi, Jumat (29/5).
Surabaya membuka diri dan menerima bantuan serta dukungan dari semua pihak. Ia pun berterima kasih atas bantuan dari pemerintah pusat, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan Badan Intelijen Negara (BIN) yang bersedia memberikan bantuan agar persoalan pandemi ini dapat segera teratasi.
Menurut Fikser, sampai saat ini setidaknya sudah sekitar 22.000 lebih rapid test telah dilakukan di berbagai wilayah di Kota Surabaya. Dari angka itu, warga yang hasil tesnya reaktif langsung diisolasi di hotel dan dipisahkan dengan anggota keluarganya, sembari melakukan tes swab sampai hasilnya keluar.
"Jika positif tapi kondisinya baik, maka kami rawat di Asrama Haji Sukolilo. Tetapi jika kondisi pasien mengalami keluhan maka kami rawat di rumah sakit," kata dia.
Baca Juga: Harap tenang! Penyaluran tunjangan dan THR tenaga kesehatan tetap bejalan
Ia juga memastikan bahwa Pemkot Surabaya telah menambah kapasitas ruangan di dua rumah sakit milik pemkot, yakni RSUD dr Sowandhie berjumlah 40 unit dan RS Bhakti Darma Husada (BDH) untuk 100 orang.
"Ada juga RS Husada Utama dan RS Siloam yang siap menampung. Tentu kami sampaikan terima kasih," kata dia.