Virus corona buat kunjungan turis asing ke Bali anjlok lebih dari 90% pada April 2020

Sabtu, 25 April 2020 | 12:41 WIB Sumber: Kompas.com
Virus corona buat kunjungan turis asing ke Bali anjlok lebih dari 90% pada April 2020

ILUSTRASI. Jumlah wisatawan asing ke Bali turun drastis karena pandemi virus corona


DAMPAK VIRUS CORONA - JAKARTA. Dampak dari pandemi corona terhadap industri pariwisata Bali begitu besar. Pasalnya, ketika industri pariwisata berhenti bergerak, maka berdampak pada ekonomi dan banyak sektor lain di Bali. 

Pariwisata merupakan tulang punggung ekonomi Bali. Berdasarkan data Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali, pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada bulan April 2020 dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019 lalu, anjlok lebih dari 90%.

Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Sukawati mengatakan, Bali jadi salah satu daerah yang mengalami dampak pandemi corona paling parah. Pasalnya, sekitar 60% Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Bali berasal dari sektor pariwisata. 

Baca Juga: Gara-gara virus corona, kedatangan wisatawan asing ke Korea Selatan anjlok 94,6%

“Tidak hanya pariwisata, sektor lain juga terdampak (penurunan wisatawan)," ujar Tjokorda dalam sesi Industry Roundtable online edisi keempat yang digelar oleh Markplus, Inc. dan Jakarta Chief Marketing Officer (CMO), Jumat (24/4). 

Contohnya, sektor pertanian. Biasanya hasil pertanian di Bali terserap hotel-hotel yang jumlahnya mencapai 140.000 kamar. "Sekarang tidak ada lagi dan para petani oversupply,” kata dia. 

Dalam data dari GIPI, pada Januari 2020 lalu jumlah wisman ke Bali sempat naik 11%. Lalu jumlah wisman turun pada Februari 2020 sebesar 18%. Pada masa ini semua penerbangan dari dan ke China sudah mulai ditunda. 

Jumlah penurunan semakin drastis pada Maret 2020. Penurunan mencapai 42,32%. Pasalnya, selain turis China, turis dari negara-negara Eropa seperti Italia, Vatikan, Spanyol, Perancis, Jerman, Swiss, Inggris, dan beberapa kota di Korea Selatan sudah dibatasi untuk tidak masuk ke Bali. 

Namun yang paling drastis adalah penurunan pada bulan April 2020 yakni mencapai sekitar 93,24% dengan adanya virus corona di Bali. 

Tak itu saja, potensi kehilangan yang dialami oleh industri pariwisata dan MICE di Bali diprediksi mencapai lebih dari Rp 9 miliar. 

Menurut data GIPI, 10 asosiasi pariwisata yang bernaung di bawah Gabungan Pengusaha Wisata Bahari (Gahawisri) Bali, mengalami kerugian lebih dari Rp 3 miliar. 

Tjokorda membandingkan kejadian pandemi virus corona dengan kejadian bom Bali pada 2002 dan 2005 lalu cukup besar perbedaannya. Karena, saat itu, walau jumlah kunjungan menurun tetapi tidak sampai mematikan ekonomi terutama pengusaha UKM yang menjadi pendukung pariwisata. Lantaran yang paling terdampak saat itu adalah pengusaha besar. 

Baca Juga: Kekayaan orang-orang terkaya Indonesia tergerus wabah corona

“Sektor informal nya masih berjalan. Sekarang berbeda,” ujar Tjokorda. 

Ketua GIPI Bali, Ida Bagus Okanentru Agung Partha menambahkan, sebenarnya Bali tetap memiliki modal yang cukup bagus ketika industri pariwisata akan kembali bangkit setelah pandemi ini berakhir. 

Pasalnya, jumlah kasus di Bali tidak sebesar di wilayah lain. Selain itu, tingkat kematian juga terhitung rendah dengan tingkat kesembuhan yang cukup tinggi. 

“Di Bali terhitung bagus penanganannya. Tingkat kesembuhannya sekitar 30%, di atas rata-rata dunia yang sebesar 26%. Sementara kematian hanya 2%, di bawah rata-rata dunia yang 6%. Itu jadi modal bagus untuk dipromosikan bahwa sistem mitigasi Bali berjalan sangat baik,” jelasnya. 

Setelah pandemi berakhir Hermawan Kartajaya, Founder dan Chairman MarkPlus, Inc. mengatakan bahwa Bali memang jadi contoh bagus dalam mengombinasikan God, people, dan nature dalam sektor pariwisata. 

Ia juga menganggap bahwa setelah Covid-19 berakhir, akan semakin banyak wisatawan yang menuntut pariwisata tidak hanya dari segi harga, tetapi juga keberlangsungan lingkungan di destinasi tujuan. 

Wisatawan akan menginginkan destinasi berkualitas dengan alam dan keamanan lebih baik dengan sistem mitigasi yang juga baik. Hal-hal itu bisa tercapai dengan mengombinasikan unsur God, people, dan nature yang sudah dimiliki Bali tersebut. 

Baca Juga: Ibu hamil positif terinfeksi virus corona di Bali, janin meninggal dalam kandungan

"Kalau bicara bertahan atau surviving itu sudah pasti. Sekarang tinggal bicara preparing atau mempersiapkan ketika wisatawan kembali setelah COVID-19. Bali jadi contoh dan punya ketahanan," katanya. 

Menurutnya, tak hanya Bali tetapi juga daerah-daerah lain di Indonesia juga melakukan persiapan dan mulai sadar bahwa pariwisata adalah penggerak ekonomi. (Syifa Nuri Khairunnisa)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kunjungan Turis Asing ke Bali Anjlok Hampir 100 Persen".

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 3 Tampilkan Semua
Editor: Anna Suci Perwitasari

Terbaru