Untuk mengurangi antrean di IGD, rumah sakit akhirnya terpaksa menyeleksi pasien. Pasien yang bergejala ringan diarahkan agar ke klinik rawat jalan. Namun, selebihnya, pasien terpaksa menunggu di IGD sembari menunggu ketersediaan ruang perawatan atau rujukan di RS lain.
"Walaupun belum dapat ruang, kami tetap berikan penanganan di IGD semaksimal mungkin. Misalnya pasien yang membutuhkan perawatan dengan ventilator, dirawat dengan ventilator di IGD," ujar Astrid.
Akibat IGD yang membeludak, sebagian permintaan rujukan bahkan harus ditolak kendati pasien yang hendak dirujuk sudah bergejala sedang dan berat. Apa mau dikata, keadaan memang jauh dari memungkinkan.
"Jika kondisi IGD masih penuh dan ruang rawat yang dibutuhkan pasien tidak tersedia, permintaan rujukan belum dapat kami terima," kata Astrid.
Baca Juga: Depok mencatat jumlah pasien covid-19 terbanyak selama pandemi
"Setiap hari banyak permintaan rujukan pasien Covid-19 derajat sedang-berat dari RS lain, sehari bisa 20-30 permintaan," sebutnya.
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang sudah berlangsung 2 pekan lebih pun, diakuinya, belum berdampak. Jumlah pasien Covid-19 yang tak kunjung surut jadi salah satu bukti.
Suspect semakin banyak
Antrean di IGD RSUD Kota Depok seperti yang diceritakan Amelia sebenarnya sudah dilaporkan sejak akhir Desember lalu. Saat itu, penularan Covid-19 mulai tak terkendali imbas libur panjang pada akhir Oktober 2020.
Pada akhir tahun itu, jumlah pasien masih di kisaran 2.000-an, lebih dari separuh jumlah saat ini. Imbas libur panjang Oktober yang belum tuntas malah semakin parah oleh libur panjang Tahun Baru 2021 yang membuat jumlah pasien Covid-19 melaju pesat.
Baca Juga: Depok ingin bangun RS Covid-19 khusus ibu hamil dan melahirkan