FENOMENA ASTRONOMI - Inilah deretan fenomena astronomis yang terjadi sepanjang tahun 2022. Hujan meteor akan menjadi fenomena astronmis pembuka di tahun 2022 ini.
Tahun 2022 telah tiba, namun demikian deretan fenomena astronomis ini tidak boleh terlewat begitu saja. Beberapa diantaranya merupakan fenomena yang juga terjadi di tahun sebelumnya, seperti hujan meteor atau konjungsi planet.
Mengutip dari laman resmi Edukasi Sains dan Antariksa, LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasinal) telah membagikan deretan fenomena astronomis yang bakal terjadi tahun 2022.
Andi Pangerang dari Pusat Riset Antariksa LAPAN-BRIN membagikan, setidaknya 10 fenomena astronomis yang wajib disaksikan selama tahun 2022. Meskipun mungkin ada lebih banyak lagi fenomena astronomis yang bakal terjadi, beberapa diantaranya cukup menarik untuk dinantikan.
Berikut daftar fenomena astronomis yang bakal terjadi di tahun 2022:
1. Puncak hujan meteor Quadarantid (4 Januari 2022)
Tahun 2022 bakal dibuka dengan puncak hujan meteor Quadarantid. Terjadi pada tanggal 4 Januari 2022, hujan meteor ini memiliki titik radiant yang berasal dari konstelasi Quadrans Muralis (kini menjadi bagian dari konstelasi Bootes). Hujan meteor ini bersumber dari sisa debu asteroid 2003 EH1 dan komet C/1490 Y1.
Kabar baiknya, hujan meter ini dapat disaksikan di seluruh Indonesia. Namun, maksimum titik radiannya yang bervariasi di Indonesia untuk beberapa daerah membuat intensitasnya berkurang.
Intensitas di Pulau Rote mencapai 56 meteor/jam, sementara di wilayah Sabang mencapai 117 meteor/jam.
Hujan meteor Quadrantid dapat disaksikan dari arah Timur Laut sejak pukul 04.00 waktu setempat hingga 25 menit sebelum Matahari terbit. Hujan meteor ini juga dapat disaksikan tanpa alat bantu optik, kecuali bila Anda ingin mengabadikannya dalam bentuk foto atau video.
2. Puncak Konjungsi Mars-Saturnus (5 April 2022)
Bertepatan dengan awal bulan Ramadhan 1443 Hijriah, fenomena astronmis yang bakal hadir yakni konjungsi Mars-Saturnus. Fenomena ini dapat disaksikan saat bersantap sahur, pukul 03.00 waktu setempat hingga 25 menit sebelum matahari terbit dari arah Timur.
Ini merupakan fenomena serupa yang sebelumnya sempat terjadi pada 3 April 2018 dan 1 April 2020. Fenomena serupa juga bakal kembali terjadi pada 11 April 2024 dan 20 April 2026.
3. Konjungsi Kuintet Saturnus-Mars-Venus-Jupiter-Bulan (24 - 29 April 2022)
Masih di bulan Ramadhan 1443 Hijriah, fenomena astronomis serupa juga bakal terjadi. Namun sedikit berbeda dengan objek atau benda langit yang lebih banyak.
Konjungsi Kuintet merupakan fenmena astronomis di mana lima benda langit yang tampak segaris secara visual sekaligus. Lima benda langit tersebut, yakni Saturnus, Mars, Venus, Jupiter dan Bulan.
Fenomena astronomis ini dapat disaksikan mulai pukul 04.00 waktu setempat dari arah Timur memanjang hingga Tenggara.
Baca Juga: Pluto Kembali Dianggap Sebagai Planet? Begini Penjelasan Para Ilmuwan
4. Puncak Konjungsi Venus-Jupiter (1 Mei 2022)
Di bulan Ramadhan, mendekati Idul Fitri 1443 Hijriah, planet Venus berkonjungsi dengan Jupiter dengan sudut pisah 14 menit busur.
Puncak konjungsi ini dapat disaksikan dari arah Timur bertepatan dengan waktu santap sahur pukul 03.00 waktu setempat hingga 25 menit sebelum Matahari terbit.
5. Okultasi Venus oleh Bulan (27 Mei 2021)
Pengertian Okultasi adalah peristiwa terhalangnya benda langit yang tampak lebih kecil oleh benda langit lain yang tampak lebih besar bila diamati dari Bumi. Penyebabnya karena konfigurasi ketiga benda langit membentuk garis lurus jika diamati dari pengamat tata surya.
Selain itu, benda langit yang tampak lebih kecil sebenarnya jauh di belakang benda langit lain yang jaraknya lebih dekat dengan Bumi.
Fenomena ini menyebabkan bulan berfase sabit akhir di wilayah Indonesia.
Okultasi Venus sebelumnya pernah melewati Indonesia pada 30 Juni 2011 dan 18 September 2017. Dan akan kembali terjadi pada 14 September 2026 dan 27 Mei 2039.
6. Bulan Purnama Super (14-15 Juni, 13-14 Juli 2022)
Bulan Purnama Super juga disebut sebagai Purnama Perige. Fenomena astronomis ini adalah ketika fase Bulan Purnama yang terjadi beriringan dengan ketika Bulan berada di titik terdekatnya dari Bumi atau disebut juga Perige.
Bulan Purnama Super umumnya terjadi setiap tahun, setidaknya satu kali. Puncaknya terjadi pada tanggal 14 Juni 2022 pukul 18.51.35 WIB/ 19.51.35 WITA/ 20.51.35 WIT. Kemudian akan terjadi lagi pada 14 Juli 2022 pukul 01.37.23 WIB/ 02.37.23 WITA/ 03.37.23 WIT.
Untuk menyaksikan fenomena astronomis ini, Anda dapat melihat ke arah Tenggara hingga Barat Daya sebelum Matahari terbenam hingga Matahari terbit.
Baca Juga: Tahun 2022 NASA Akan Melakukan Perjalanan ke Asteroid yang Kaya Logam
7. Okultasi Uranus oleh Bulan (25 Juni 2022)
Selain Venus yang terjadi pada awal tahun 2022, okultasi Uranus oleh Bulan juga bakal terjadi di pertengahan tahun 2022.
Serupa dengan Okultasi Venus oleh Bulan, ini adalah peristiwa terhalangnya benda langit yang tampak lebih kecil oleh benda langit lain yang tampak lebih besar bila diamati dari Bumi.
Ini terjadi karena konfigurasi ketiga benda langit membentuk garis lurus jika diamati dari pengamat tata surya.
Kabar baiknya, okultasi Uranus ini dapat disaksikan di mana bulan befase Sabit Akhir di wilayah Indonesia. Sayangnya, Uranus hanya dapat disaksikan menggunakan alat bantu.
Fenomena serupa pernah melewati Indonesia pada 15 Juli, 8 September 2006 dan 28 November 2006. Fenomena okultasi Uranus ini juga akan kembali terjadi pada 8 April, 5 Mei, dan 29 Juni 2030.
8. Puncak Hujan Meteor Perseid (13-14 Agustus 2022)
Hujan meteor kembali meramaikan peristiwa astronomis yang terjadi tahun 2022 ini. Kali ini puncak hujan meteor Perseid yang titik radiannya dari konstelasi Perseus akan terjadi pada 13-14 Agustus 2022.
Intensitas hujan meteor Perseid mencapai 100 meteoor/jam. Namun di wilayah Indonesia cukup beragam, di mana mencapai 36 meteor/jam di Pulau Rote dan 61 meteor/jam di Sabang.
Titik radian Perseid terbit dari arah Timur Laut antara pukul 23.00 malam sebelumnya hingga 01.00 waktu setempat. Hujan meteor ini dapat disaksikan 25 menit sebelum Matahari terbit ketika titik radiannya berkulminasi di arah Utara.
Sebagai tambahan informasi, hujan meteor Perseid ini bersumber dari debu komet 109P/Swifts-Tuttle. Kecepatan meteor ini mencapai 212.400 km/jam.
Kabar baiknya, hujan meteor Perseid dapat Anda tanpa menggunakan alat bantu optik, kecuali bila ingin mengabadikan momen tersebut.
Baca Juga: Pengertian Benda Langit, Lengkap Dengan Contohnya (Bagian Pertama)
9. Gerhana Bulan Total (8 November 2022)
Gerhana Bulan Total akan terjadi di tahun 2022 ini, tepatnya pada 8 November. Pengertian Gerhana Bulan Total adalah fenomena astronomis ketuka seluruh permukaan Bulan memasuki bayangan inti (umbra) Bumi.
Hal ini terjadi karena konfigruasi antara Bulan, Bumi dan Matahari membentuk sebuah garis lurus. Selain itu, Bulan juga berada di dekat titik simpul orbitnya, yakni perpotongan antara ekliptika (bidang edar Bumi mengelilingi Matahari) dengan orbit Bulan.
Durasi Gerhana Bulan Total mencapai 1 jam 24 menit 58 detik dan durasi umbral (sebagian+total) selama 3 jam 39 menit 50 detik.
Gerhana Bulan Total ini juga dapat disaksikan dari sebagian besar wilayah Indonesia. Fenomena astronmois ini akan kembali terjadi pada 8 September 2025, 3 Maret 2026, Malam Tahun Baru 2029, 21 Desember 2029, 25 April 2023 dan 18 Ooktober 2032.
10. Puncak Hujan Meteor Geminid (14-15 Desember 2022)
Di akhir tahun 2022, fenomena astronomis yang satu ini bakal terjadi. Ya, puncak hujan meteor Geminid akan menghiasi langit malam di akhir tahun 2022.
Geminid adalah hujan meteor yang titik radiantnya berasal dari konstelasi Geminid. Intensitas hujan meteor ini mencapai 120 meteor/jam.
Di wilayah Indonesia, intentsitas hujan meteor Geminid bervariasi. Di pulau Rote mencapai 86 meteor/jam, sementara di wilayah Sabang mencapai 107 meteor/jam.
Hal ini dikarenakan ketinggian maksimum titik radian di Indonesia bervariasi antara 46 derajat (Pulau Rote) hingga 63 derajat (Sabang).
Hujan meteor Geminid dapat disaksikan dari arah Timur Laut hingga Barat Laut sejak pukul 20.30 waktu setempat hingga 25 menit sebelum Matahari terbit.
Sebagai tambahan informasi, meteor Geminid bersumber dari sisa debu asteroid 3200 Phaethon yang kelajuan meteornya mencapai 126.000 km/jam.
Baca Juga: Pengertian dan Contoh Benda Langit, mulai Planet hingga Asteroid (Bagian Kedua)
Kabar baiknya, hujan meteor Geminid ini dapat disaksikan tanpa bantuan alat optik. Namun, Anda juga dapat menggunakan alat bantu optik untuk mengabadikan momen dalam bentuk foto maupun video.
Demikian deretan fenomena astronomis yang bakal terjadi tahun 2022 ini. Fenomena astronomis mana yang paling Anda tunggu di tahun 2022 ini?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News