Erupsi Gunung Tangkuban Parahu kali ini lebih besar dari letusan 2013

Jumat, 26 Juli 2019 | 21:06 WIB Sumber: Kompas.com
Erupsi Gunung Tangkuban Parahu kali ini lebih besar dari letusan 2013


ERUPSI GUNUNG - BANDUNG. Gunung Tangkuban Parahu kembali erupsi, Jumat (26/7). Gunung yang terkenal dengan Kawah Ratu itu terakhir kali erupsi pada Februari hingga Oktober 2013 silam.

Kepala Sub bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat PVMBG Nia Haerani mengatakan, erupsi kali ini lebih besar dari tahun 2013.

Baca Juga: Pascaerupsi, kawasan wisata Gunung Tangkuban Perahu ditutup sementara

"Tipe erupsinya sama freatik. Tapi mungkin tadi ketinggian yang ini lebih besar kalau yang 2013 lebih singkat dan warnanya tidak kelabu dan bergumpal seperti itu. Dan waktu itu hanya hujan abu tipis serta terjadi tengah malam jadi tidak ada kepanikan," ujar Nia saat ditemui di pos pantau Gunung Tangkuban Parahu, Jumat (26/7) malam.

Menurut Nia, meski tingkat erupsinya cenderung kecil, Gunung Tangkuban Parahu tetap memiliki potensi bahaya lantaran erupsi tak diawali dengan gejala vulkanik.

Baca Juga: Tangkuban Parahu erupsi, Jokowi minta masyarakat waspada

"Sebelum ada kegempaan seismograf kami lurus, tapi memang potensi bahaya dari Gunung Tangkuban Parahu ini dia punya potensi terjadi erupsi freatik hujan abu di sekitar kawah tanpa ada gejala vulkanik yang jelas. Jadi bisa saja misalnya tak ada gempa tapi terjadi erupsi," paparnya.

Karena itu, sambung Nia, pihaknya terus melakukan pemantauan penuh selama 24 jam dengan bantuan alat pemantau kegempaan dan deteksi gas. PVMBG juga telah memasang kamera pengawas di sekitar kawah.

Baca Juga: Peringatan bahaya bagi penerbangan pesawat dari erupsi Gunung Tangkuban Parahu

"Gunung Tangkuban kami pantau 24 jam. Kami sudah pasang peralatan pemantau kegempaan deformasi dan deteksi gas tujuannya untuk mengetahui adanya gejala peningkatan," jelasnya.

Letusan freatik

Sementara itu, Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Hendra Gunawan menjelaskan, tipikal erupsi Gunung Tangkuban Parahu adalah freatik berupa semburan lumpur dingin warna hitam dari Kawah Ratu.

Sebelumnya, hal serupa terjadi pada Oktober 2013 dengan landaan erupsi hanya di dalam lubang kawah. Sejak tahun 2017, 2018, 2019 pada bulan Juni-Juli terpantau gempa uap air atau asap yang diduga disebabkan berkurangnya air tanah akibat perubahan musim.

Baca Juga: Badan Geologi peringatkan bahaya terbang di wilayah Gunung Tangkuban Perahu

Sehingga air tanah yang ada mudah terpanaskan dan sifatnya erupsi pendek. 

"Oleh karenanya sejak 10 hari yang lalu PVMBG melalui pos menyampaikan peringatan, kepada pengelola kawasan untuk meningkatkan kesiapsiagaan kemungkinan erupsi seperti Oktober 2013, dan diikuti surat peringatan kemungkinan bisa erupsi tiba-tiba," tuturnya. 

Baca Juga: Tangkuban Perahu bererupsi dengan tinggi kolom abu 200 meter

Hendra menuturkan, erupsi susulan dapat saja terjadi dengan potensi landaan masih di sekitar dasar kawah. Karena dasar dari peningkatan status adalah tingkat ancaman, dan saat ini tingkat ancaman masih di dalam kawah, sehingga belum perlu naik status.

"Kecuali ke depannya ada potensi radius landaan yang membesar," jelasnya. (Dendi Ramdhani)

 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Erupsi Gunung Tangkuban Parahu di Jumat Sore Lebih Besar Dibanding Letusan 2013", 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: Noverius Laoli

Terbaru