Ini Filosofi Desain Istana Garuda di IKN Menurut Desainer Utamanya

Senin, 12 Agustus 2024 | 06:22 WIB   Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie
Ini Filosofi Desain Istana Garuda di IKN Menurut Desainer Utamanya

ILUSTRASI. Desainer utama Istana Garuda di Ibu Kota Nusantara (IKN) Nyoman Nuarta, mengungkapkan bahwa esensi dasar dari desain Istana Garuda IKN adalah penyatuan lebih dari 1.300 suku yang ada di Indonesia. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A


IKN NUSANTARA - JAKARTA. Desainer utama Istana Garuda di Ibu Kota Nusantara (IKN) Nyoman Nuarta, mengungkapkan bahwa esensi dasar dari desain Istana Garuda IKN adalah penyatuan lebih dari 1.300 suku yang ada di Indonesia. 

Melansir Infopublik.id, dia menambahkan, filosofi itu diwujudkan melalui pilihan bentuk Garuda sebagai representasi bangunan, yang dianggap mampu merangkul keberagaman suku di Indonesia tanpa menimbulkan kecemburuan antardaerah.

Nyoman menjelaskan, pemilihan bentuk burung Garuda bukan tanpa alasan. Bentuk ini dipilih sebagai ide dasar karena sudah dikenal luas oleh seluruh suku di Indonesia. 

Hal ini mengingat Indonesia memiliki keragaman budaya yang sangat kaya. Oleh karenanya, ia merasa bahwa memilih satu identitas suku sebagai representasi istana akan kurang adil dan dapat menimbulkan kecemburuan.

"Saya memilih Garuda sebagai ide dasar karena semua suku di Indonesia sudah mengenalnya. Tidak mungkin semua identitas suku terserap dalam satu bangunan," ujar Nyoman, dikutip dari ANTARA, Minggu (11/8/2024).

Ia menjelaskan bahwa bentuk Garuda menjadi pilihan dasar dari desain Istana karena Indonesia memiliki lebih dari 1.300 suku, masing-masing dengan budaya yang khas, termasuk rumah adat, kerajinan, dan tekstilnya. 

Baca Juga: Ditjen Bina Konstruksi Gelar Pembinaan dan Fasilitasi Sertifikasi Onsite TKK di IKN

Oleh karena itu, Nyoman merasa tidak adil jika hanya satu identitas suku yang diwakili dalam desain Istana Garuda.

"Untuk menghindari kecemburuan, saya menghindari penggunaan identitas salah satu suku dalam membangun Istana. Pilihan Garuda sebagai ide dasar adalah solusi yang adil," tambahnya.

Lebih lanjut, Nyoman juga menekankan bahwa Lambang Garuda Pancasila diciptakan oleh Sultan Hamid II yang berasal dari Kalimantan, menepis anggapan bahwa Garuda berasal dari budaya Hindu.

"Tidak ada satu pun dari ribuan suku yang memprotes pilihan desain ini. Yang protes justru dari kalangan arsitek yang kalah berkompetisi. Ini adalah hasil dari kompetisi desain, dan konsep saya bertujuan untuk mencegah perpecahan akibat desain yang tidak tepat," jelas Nyoman.

Menanggapi kesan mistis yang mungkin muncul terkait desain Istana Garuda, Nyoman mempersilakan setiap orang untuk memiliki persepsi masing-masing, yang menurutnya dipengaruhi oleh latar belakang dan pengalaman pribadi mereka.

Ia juga menjelaskan tentang warna Istana Garuda, di mana bagian muka yang berwarna kuningan akan mengalami perubahan secara perlahan menjadi hijau kebiruan, proses yang dikenal dengan nama patina. 

Baca Juga: Otorita IKN Persiapkan Proof-of-Concept (PoC) Trem Otonom Terpadu

Sementara itu, struktur bilah yang terbuat dari baja tahan cuaca akan berubah dari kemerahan menjadi gelap dalam waktu 1-2 tahun.

"Garuda tampak gagah dengan kepala yang menengok ke depan. Terserah bagaimana orang menafsirkannya," tutup Nyoman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Terbaru