KONTAN.CO.ID - Belakangan ini, sejumlah gempa terjadi di wilayah Jawa Barat, termasuk di Bekasi dan Karawang.
Rentetan gempa ini kemudian membuat warganet penasaran dan teringat dengan Sesar Citarik.
Apa itu Sesar Citarik?
Dilansir dari situs resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sesar Citarik merupakan salah satu patahan aktif di Jawa Barat yang berperan penting dalam aktivitas kegempaan di wilayah tersebut.
Sesar ini termasuk dalam kategori sesar mendatar (strike-slip fault) yang terbentuk akibat pergeseran kerak bumi secara horizontal.
Pergerakan lempeng di kawasan Jawa Barat menjadikan sesar ini cukup rawan menimbulkan gempa dengan intensitas beragam.
Baca Juga: BMKG Sebut 2 Siklon Tropis Mengepung Indonesia, Ini Wilayah yang Terdampak
Sesar Citarik dikenal dari kelurusan aliran Sungai Citarik, yang menunjukkan adanya patahan di bawah permukaan tanah.
Lokasi Sesar Citarik terletak memanjang dari pantai tenggara Teluk Palabuhanratu, melewati Palabuhanratu, Gunung Salak, Bogor, hingga ke Bekasi.
Arah umum sesarnya dari barat daya ke timur laut. Sesar Citarik disebut terbentuk sejak zaman Miosen Tengah (sekitar 15 juta tahun lalu) dan masih aktif hingga kini.
Awalnya, sesar ini bergerak dengan kombinasi mendatar (strike-slip) dan vertikal (dip-slip). Sejak sekitar 2,5 juta tahun lalu, pergerakannya berkembang menjadi mendatar ke kiri, menurut penelitian Sidarto dalam Jurnal Geologi dan Sumber Daya Mineral (2008) Vol. 18(3) 2008: 149-162 berjudul "Dinamika Sesar Citarik".
Selain itu, keberadaan sesar ini berdekatan dengan beberapa pemukiman padat dan jalur infrastruktur penting, seperti Jakarta, Bogor, dan Bekasi, serta kawasan wisata seperti Palabuhanratu.
Baca Juga: BMKG Ingatkan Cuaca Ekstrem Akan Terjadi Hingga 28 Agustus 2025
Dengan begitu, potensi dampaknya terhadap masyarakat cukup besar jika terjadi gempa signifikan.
Sesar Citarik masih aktif
Direktur Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono mengatakan, Sesar Citarik termasuk dalam sesar aktif, karena kerak buminya masih bergerak.
"Sesar ini diperkirakan telah aktif sejak belasan juta tahun lalu dan masih aktif hingga saat ini dengan mekanisme berupa sesar geser atau mendatar mengiri (sinistral strike slip)," kata Daryono kepada Kompas.com, Minggu (24/8/2025).
Adapun beberapa ciri yang menunjukkan Sesar Citarik masih aktif, yakni: Lembah sungai yang lurus Perubahan arah sungai Garis lurus pada permukaan topografi.
Lantaran aktif, sesar ini berpotensi memicu gempa.
Riwayat peristiwa gempa yang dipicu Sesar Citarik
Tak hanya itu, Daryono juga menjelaskan beberapa kejadian gempa signifikan dan merusak yang diduga dipicu oleh aktivitas Sesar Citarik.
Beberapa peristiwa itu, yakni:
- Gempa 14 Juni 1900 yang terjadi di Sukabumi, menyebabkan kerusakan pada sejumlah rumah
- Gempa 9 Februari 1975 yang terjadi di Sukabumi, dengan kekuatan M 5,6 menyebabkan banyak bangunan rusak
- Gempa 12 Juli 2000 yang terjadi di Cianjur, dengan kekuatan M 5,4 yang mengakibatkan sekitar 1.900 rumah rusak
- Gempa 10 Maret 2020 yang terjadi di Sukabumi, dengan kekuatan M 5,0. Gempa menyebabkan guncangan dengan skala intensitas IV-V MMI
- Gempa 10 April 2025 yang terjadi di Bogor, dengan magnitudo M 4,1 hingga menyebabkan kerusakan bagi sejumlah bangunan.
Daryono menambahkan, pada 11 Oktober 1834, gempa dahsyat sempat melanda Kota Bogor, dengan kekuatan getaran bisa mencapai IX MMI.
Tonton: BMKG: Aphelion Picu Penurunan Suhu Bumi, Tapi Tidak Menimbulkan Gangguan Kesehatan
"Gempa dahsyat itu mencapai skala intensitas VIII MMI (rusak berat) hingga IX MMI (rusak sangat berat) yang menyebabkan banyak rumah dan bangunan tembok di Batavia dan Istana Bogor rusak," ujarnya.
Meski begitu, ia memfokuskan pada aktivitas Sesar Citarik yang terbaru, yakni gempa Bogor pada 10 April 2025.
Daryono menjelaskan, gempa Bogor itu merupakan jenis tektonik kerak dangkal (shallow crustal earthquake) dengan kedalaman 5 kilometer.
"Gempa ini dipicu aktivitas sesar aktif dengan mekanisme sumber sesar geser (strike-slip). Episenter gempa ini terletak pada jalur Sesar Citarik," jelas Daryono.
Menurutnya, gempa berkekuatan M 4,1 itu dipastikan sebagai gempa tektonik, bukan gempa vulkanik.
Kepastian ini terlihat dari catatan sensor di Darmaga dan Citeko yang menunjukkan gelombang geser kuat dengan frekuensi tinggi.
Berkaca dari peristiwa tersebut, Daryono mengingatkan akan potensi Sesar Citarik yang dapat menimbulkan gempa kuat, sehingga jalur sesar ini harus diperhitungkan dalam perencanaan pengembangan infrastruktur di wilayah Jabodetabek dan Sukabumi.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Sesar Citarik, Patahan Aktif yang Mengintai Wilayah Jabodetabek"
Selanjutnya: Bursa Global: Dolar dan Treasury Lesu Setelah Trump Pecat Gubernur The Fed Lisa Cook
Menarik Dibaca: Harga Emas Pegadaian Hari Ini Selasa (26/8): Emas Galeri 24 Turun dan UBS Naik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News