GUNUNG - Kebakaran lahan kembali terjadi di areal Taman Nasional Gunung Rinjani, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah NTB H Muhammad Rum, Kamis mengatakan kebakaran yang terjadi di Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) terjadi pada Rabu (13/9) pukul 10.30 Wita.
"Kami mendapat laporan dari rekan Polhut KPH Rinjani Timur bahwa telah terlihat titik api di kawasan TNGR," kata Muhammad Rum di Mataram.
Ia mengungkapkan, titik api terdeteksi di sekitar pusuk Sembalun antara PAL TN 345 sampai dengan 346. Dugaan api berasal dari tepi jalan raya kemudian merembet naik ke bukit di kawasan TNGR.
"Setelah mendapat laporan, kita segera mengkoordinir tim pemadam kebakaran hutan Resor Sembalun," terangnya.
Atas laporan tersebut, tim pemadam kebakaran menerjunkan delapan orang menuju lokasi kebakaran hutan untuk melakukan pemadaman. Sehingga, sekitar pukul 12.30 Wita, api dapat berhasil dipadamkan secara total.
"Adapun luas lokasi atau kawasan yang terbakar seluas dua hektare," katanya.
Sementara itu, Kepala Resor Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Sembalun Zainudin, mengaku dari data yang ada, luas kebakaran hutan yang terjadi di Rinjani sudah terjadi beberapa kali. Dimulai periode Agustus sampai September yang terjadi di dua pintu masuk di Sembalun dan Senaru.
Seperti yang terjadi di wilayah Kabupaten Lombok Utara, dengan luas kebakaran mencapai 4 hektar di titik Gunung Sangkareang yang terjadi pada 26 Agustus. "Ini sudah dipadamkan tim TNGR," ujarnya.
Sementara, di wilayah Kabupaten Lombok Timur pintu masuk Sembalun, kebakaran juga terjadi pada 21 Agustus, lokasi pos ekstra, luas terbakar 91 hektar berupa alang-alang.
"Lalu tanggal 23 Agustus di pos tiga seluas 7 hektar. Kemudian, 26 Agustus seluas 6,6 hektare dan terakhir terjadi pada Rabu (13/9) di Pusuk Sembalun sisi kiri jalan, luas lahan yang terbakar 2 hektare jenis rumput dan alang-alang," jelasnya.
Sehingga, jika total luas kawasan TNGR yang terbakar mencapai 106 hektar.Di mana vegetasi yang terbakar mulai alang-alang hingga semak belukar. Untuk penyebab kebakaran diakibatkan faktor cuaca panas.
"Tapi juga kita masih menyelidiki pengunjung yang buang puntung rokok. Karena, kalau musim panas angin jadi rawan kesamber," ungkapnya.
Kedepan untuk langkah antisipasi, lanjutnya, terutama kepada para pengunjung, pihaknya telah mengimbau untuk menjaga aktivitas selama di dalam kawasan.
Tidak hanya itu pihaknya juga melakukan patroli jalur di daerah rawan, termasuk melakukaan sosialisasi ke masyarakat, terutama memastikan mati rokok dan puntungnya di bawa kembali setelah melakukan pendakian.
"Kalau dari sisi dampaknya saat terbakar 91 hektar, otomatis tertutup pendakian karena memungkinkan keselamatan dan kesehatan jiwa," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News