Jabodetabek

Kemacetan Tanjung Priok Parah, MTI: Jangan Hanya Andalkan Jalan Raya

Minggu, 20 April 2025 | 16:56 WIB   Reporter: Vatrischa Putri Nur
Kemacetan Tanjung Priok Parah, MTI: Jangan Hanya Andalkan Jalan Raya

ILUSTRASI. Bongkar muat petikemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (16/1/2025). Aktivitas perdagangan Indonesia pada tahun 2024 mencatatkan surplus lima tahun berturut-turut. Surplus perdagangan pada 2024 mencapai US$ 31,04 miliar, lebih rendah dibandingkan capaian 2023 yang mencapai US$ 36,89 miliar. Kendati nilai surplus perdagangan mengalami penurunan, namun dari sisi volume perdagangan (baik ekspor maupun impor) menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. (KONTAN/Cheppy A. Muchlis)


LALU LINTAS – JAKARTA. Kemacetan parah terjadi di ruas Jalan Yos Sudarso yang melumpuhkan akses menuju Pelabuhan Tanjung Priok pada Kamis (17/4) lalu.

Menanggapi kondisi tersebut, Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat sekaligus pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengingatkan, pentingnya pembenahan sistem transportasi logistik nasional agar kejadian serupa tidak terulang.

Baca Juga: Terungkap, Ini Penyebab Utama Kemacetan Parah di Tanjung Priok

Menurut Djoko, kemacetan di sekitar kawasan pelabuhan disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kapasitas layanan dan infrastruktur pendukung.

Ia menyebut, Pelindo memaksakan New Priok Container Terminal (NPCT) 1 untuk melayani hingga 7.000 kontainer per hari, jauh di atas kapasitas ideal yang hanya 2.500 kontainer.

"Hal ini tidak bisa dibiarkan berulang. Akses truk angkutan ke pelabuhan tidak boleh hanya bergantung pada jalan raya. Kita perlu membuka jalur alternatif seperti rel kereta langsung ke dermaga dan memaksimalkan fungsi dry port atau pelabuhan kering," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (20/4).

Djoko menilai Indonesia selama ini terlalu bergantung pada jalan raya sebagai tumpuan utama distribusi logistik.

Baca Juga: Tanjung Priok Macet Parah, Pemprov Jakarta Minta Pelindo Benahi Sistem Bongkar Muat

Padahal, sebagai negara kepulauan, Indonesia seharusnya bisa mengoptimalkan moda transportasi lain seperti rel dan jalur perairan.

"Jalan rel dan transportasi perairan kita banyak yang dianggurkan. Padahal potensinya besar,” tegasnya.

Ia mencontohkan, di masa lalu, sejumlah pelabuhan besar memiliki akses rel kereta langsung ke dermaga, seperti di Pelabuhan Belawan, Teluk Bayur, Panjang, Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung Perak, hingga Juwana.

Namun, kini seluruhnya sudah tidak aktif, kecuali Pelabuhan Tanjung Intan di Cilacap.

Selain rel, Djoko juga menyoroti tidak optimalnya penggunaan pelabuhan kering (dry port).

Baca Juga: Hingga Kamis Malam, 8 Jalan dan 4 Exit Tol di Tanjung Priok Masih Macet Total

Menurutnya, fasilitas ini seharusnya bisa dimanfaatkan untuk mengurangi beban jalan raya.

"Dry port seperti di Gedebage, Solo Jebres, Jember (Rambipuji), dan Cikarang saat ini banyak yang tidak berfungsi maksimal. Padahal, ini bisa menjadi solusi jika digarap serius,” pungkas Djoko.

Selanjutnya: Terbaru, BRImo Tersedia Dalam Dua Bahasa, Indonesia dan Inggris

Menarik Dibaca: Terbaru, BRImo Tersedia Dalam Dua Bahasa, Indonesia dan Inggris

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto
Terbaru