Sementara untuk mal, Cucu bilang, warga tidak terlalu antusias untuk berkunjung. Masyarakat yang datang hanya mencapai 20% kapasitas dari total yang disediakan selama new normal pada hari biasa.
Namun pada akhir pekan, biasanya pengunjung mal bisa mencapai 30%-40% kapasitas dari total yang disediakan.
“Ini fenomena yang ada. Ternyata, kami juga belum tahu apakah ini karena masalah ekonomi atau orang masih takut untuk bepergian,” ungkap Cucu.
Tiga pertimbangan dalam pelonggaran PSBB Cucu menuturkan, Pemprov DKI Jakarta memiliki tiga pertimbangan sebelum mengizinkan pelaku usaha pariwisata untuk beroperasi kembali di era new normal.
Baca Juga: Pemprov DKI melarang anak berusia di bawah 9 tahun dan lansia nonton di bioskop
Pertama adalah seberapa rendah atau tinggi potensi penyebaran virus corona (Covid-19) di sana. “Ketika bicara outdoor dan indoor, tentunya kegiatan outdoor itu lebih ringan potensi penyebaran virusnya,” tutur Cucu.
Kedua adalah apakah kegiatan yang dimiliki usaha tersebut memiliki manfaat dan memenuhi kebutuhan masyarakat atau tidak. ketiga, sejauh mana usaha bisa memberi dampak ekonomi. Misalnya, seberapa besar penyerapan tenaga kerja.
“Juga pemasukan pajak bagi pemerintah. Ini adalah koridor-koridor yang dilakukan oleh tim Covid-19 di Pemda DKI Jakarta untuk membuka-tutup sebuah kegiatan pariwisata,” ujar Cucu. (Nabilla Ramadhian)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Wisata Jakarta Buka Kembali, Tempat Wisata Masih Sepi".
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News