Merapi mendekati erupsi

Selasa, 01 Desember 2020 | 06:57 WIB Sumber: Kompas.com
Merapi mendekati erupsi

ILUSTRASI. Menurut Kepala BPPTKG, aktivitas Gunung Merapi sekarang ini menunjukkan ke arah terjadinya erupsi. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/pras.


ERUPSI GUNUNG - Pada 5 November 2020, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menaikkan status Gunung Merapi dari Waspada (level II) menjadi Siaga (level III). Sebelumnya, sejak pertengahan 2018, Gunung Merapi mengalami erupsi freatik sehingga statusnya naik dari normal (level I) menjadi waspada (level II). 

Hingga kini, Gunung Merapi terus mengalami peningkatan aktivitas di puncak gunung. Atau bisa dikatakan, Gunung Merapi telah mendekati erupsi. Hal itu disampaikan oleh Kepala BPPTKG, Hanik Humaida dalam Webinar yang diselenggarakan oleh UGM-Kagama yang bertajuk " Erupsi Merapi, Apa yang Bisa Dilakukan?", Minggu (29/11/2020). 

Menurut Hanik, aktivitas Gunung Merapi sekarang ini menunjukkan ke arah terjadinya erupsi. Sebab, dari data seismik, keluaran gas dan deformasi masih tinggi dan aktivitas guguran makin terus meningkat. "Hal ini menunjukkan mendekatnya waktu erupsi," ujar Hanik Humaida seperti dikutip dari laman UGM, Senin (30/11/2020). 

Hanya saja, untuk kapan terjadinya erupsi, Hanik tidak menyebutkannya. Namun, dia memprediksi erupsi Merapi kali ini tidak sebesar pada erupsi tahun 2010 yang lalu. "Kalaupun terjadi erupsi diperkirakan tidak sebesar pada 2010," katanya. 

Baca Juga: Status Gunung Ili Lewotolok dinaikkan menjadi level siaga

Karenanya, dia mengimbau kepada masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Merapi untuk tetap siaga dan memperhatikan arahan dari pemerintah setempat agar tidak terjadi korban jiwa. 

"Masyarakat diminta untuk mengikuti arahan dari pemerintah setempat dan tidak terpengaruh dari informasi yang tidak jelas sumbernya," urainya. 

Pentingnya mitigasi bencana 

Sementara Ketua Umum Kagama yang juga Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, mengatakan pihaknya terus berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten di Jawa Tengah. Kabupaten itu tentu yang dekat dengan Gunung Merapi, seperti Magelang, Klaten dan Boyolali. Karena itu koordinasi dilakukan untuk mengantisipasi dampak bahaya erupsi dan wedus gembel (sebutan awan panas). 

Baca Juga: BPPTKG: Letusan Gunung Merapi diperkirakan bersifat efusif atau lelehan

Selain itu, melakukan waktu evakuasi dengan tepat, namun tetap menjalankan protokol kesehatan di tempat pengungsian untuk mencegah penularan Covid-19. 

"Saya kira ini PR yang tidak mudah, di masa pandemi ini lokasi pengungsi memang harus dibuat berjarak dan memisahkan dengan kelompok yang rentan," terangnya. 

Agar menghindari adanya korban, pihaknya melakukan mitigasi pengurangan risiko bencana yang disiapkan dari awal. Meski menurutnya masyarakat di sekitar Merapi memiliki kearifan sendiri untuk mengenal tanda-tanda kapan untuk melakukan evakuasi dan mengungsi. 

"Kita ingin memastikan semua nantinya terlaksana dengan baik. Kita perlu memberikan pemikiran dan memberikan gambaran untuk membantu risiko bencana bisa dikurangi dengan baik," urai Ganjar Pranowo. 

Berkaca dari sejarah erupsi Merapi 

Sementara Kepala Pusat Studi Bencana UGM, Dr. Agung Harijoko menyatakan, studi soal sejarah erupsi diketahui Merapi pernah erupsi eksplosif dengan tipe sub plinian hingga tipe plinian dengan erupsi besar terjadi pada tahun 2010 dan 1872. 

Baca Juga: Aktivitas kegempaan Gunung Merapi masih tinggi, BPPTKG minta masyarakat tidak panik

"Jangka perulangannya terjadi kurang lebih seratus tahun," paparnya. 

Ia menyebutkan pengalaman pada kerajaan Mataram kuno di abad ke-8 dan ke-9 yang tidak mampu menyelamatkan infrastruktur seperti bangunan candi yang akhirnya tertutup oleh bekas erupsi. Sedangkan penduduk ketika itu sebagian besar memilih mengungsi ke daerah Jawa Timur. 

"Dulu tidak ada mitigasi sehingga beberapa candi tertutup oleh erupsi. Manusianya ketika itu berpindah ke Jawa Timur untuk menyelamatkan jiwa," jelasnya. 

Untuk itulah dari pengalaman di masa lalu itu menurutnya, perencanaan pembangunan sekarang ini perlu memperhatikan aspek kebencanaan dengan memahami sejarah erupsi dan mengetahui daerah mana saja yang terancam terkena dampak erupsi.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dalam Webinar UGM, Kepala BPPTKG: Merapi Mendekati Erupsi"
Penulis : Albertus Adit
Editor : Albertus Adit

 

Selanjutnya: Puncak Gunung Slamet dilanda hujan es, 3 pendaki cidera dan hipotermia

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Terbaru