Penerima PKH di Balangan raih graduasi Sejahtera Mandiri

Senin, 16 Desember 2019 | 07:40 WIB   Reporter: Yudho Winarto
Penerima PKH di Balangan raih graduasi Sejahtera Mandiri

ILUSTRASI. Menteri Sosial diwakili Direktur Rehabilitasi Lanjut Usia Kemensos RI Andi Hanindito bersama Kasubdit Kasubdit Validasi dan Terminasi Moch Slamet Santoso (baju merah) menyerahkan sertifikat graduasi mandiri kepada Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarg


Singkat cerita, Mila kemudian memberanikan diri untuk menerima jahitan dari tetangga sekitar. Dimulai dari menerima jasa permak baju, seragam, dan gamis, ia menerima ongkos Rp20 ribu.

"Saya nyaris putus asa karena banyak ibu-ibu yang komplain hasil jahitan saya kurang rapi. Ada juga yang mengeluh kependekan memotongnya," tutur Mila.

Seiring berjalannya waktu, usaha jasa jahit yang ditekuni Mila semakin dikenal masyarakat. Puncak pesanan biasanya saat anak-anak sekolah memasuki tahun ajaran baru dimana orangtua bisanya menjahit kain seragam sekolah.

Baca Juga: Pemerintah andalkan dana perlindungan sosial jadi penopang pertumbuhan ekonomi 2020

"Alhamdulillah sekarang makin ramai, penghasilan lambat laun meningkat. Itulah yg membuat saya yakin untuk mengundurkan diri dari PKH," katanya.

Dalam satu bulan, Mila bisa menghasilkan pendapatan bersih Rp500 ribu hingga Rp700 ribu. Uang itu ditabung untuk keperluan sekolah anak-anak dan sebagian untuk keperluan dapur.

Pengelolaan keuangan ini, ia pelajari dari kegiatan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) yang dilakukan sebulan sekali dengan bimbingan Pendamping PKH.

Melalui Pendamping PKH juga, ia mendapat kesempatan lebih luas mengikuti kursus-kursus menjahit secara gratis.

Satu hal yang dipegang teguh Mila hingga sekarang adalah ia tidak ingin memberatkan pelanggannya. Karena itu setiap yang datang menjahit baju, ia tak selalu mematok harga.

Baca Juga: Meski diragukan, pemerintah tetap yakin ekonomi Indonesia tumbuh 5,3% tahun depan

"Kadang ada yang datang minta tolong dijahitkan baju tapi di awal bilang uangnya terbatas banget. Ya sudah tidak apa-apa. Saya ingat saat susah dulu, biarlah mungkin ini cara saya bisa membantu orang lain," kata dia.

Selain Mila, ada pula kisah Ibu Anita Rahayu. Ia adalah warga Desa Teluk Mesjid Kecamatan Batumandi.

Ibu satu anak ini hanya satu tahun menjadi KPM PKH kemudian memutuskan untuk keluar dari kepesertaan PKH.

"Saya jualan soto dan sate. Awalnya hanya membantu orangtua. Tapi setelah dapat bantuan PKH saya sisihkan sebagian untuk modal usaha," kata Anita.

Ia sehari-hari berjualan di pasar mulai jam 6--10 pagi. Untuk menambah penghasilan, ia juga berjualan online baju, tas, dan perlengkapan rumah tangga. Kini omzet penjualannya mencapai Rp3,5 juta per bulan.

Baca Juga: Serapan belanja bansos 94%, Kemenkeu pastikan tak akan lampaui pagu

Editor: Yudho Winarto

Terbaru