Pengamat transportasi: Subsidi MRT bukan untuk bayar selisih tarif

Senin, 25 Maret 2019 | 21:53 WIB   Reporter: Ratih Waseso
Pengamat transportasi: Subsidi MRT bukan untuk bayar selisih tarif


MRT - JAKARTA. Tarif MRT Jakarta dari Stasiun Lebak Bulus hingga Bundaran HI resmi ditentukan sebesar Rp 8.500 dan tarif LRT sebesar Rp 5.000. Pengamat transportasi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Djoko Setijowarno menilai tarif tersebut sudah pas.

Perihal subsidi yang masih akan dibahas lebih lanjut usai penetapan tarif, Djoko menyebutkan subsidi ada bukan sekadar untuk membayar kekurangan tarif. Lebih lanjut Djoko menjelaskan subsidi digunakan untuk mengubah kebiasaan masyarakat yang tadinya menggunakan angkutan pribadi menggunakan angkutan umum.

"Subsidinya itu bukan untuk membayar selisih tarif tapi untuk switching dari angkutan pribadi ke angkutan umum," jelas Djoko saat dihubungi Kontan.co.id Senin (25/3).

Seberapa besar nantinya peralihan dari penggunaan angkutan pribadi ke MRT atau LRT, kata Djoko itulah pentingnya business plan dan gunanya Outline Business Case (OBC). "Jika tidak ada upaya (memberdayakan) properti, maka jangan harap juga tarifnya bisa murah. Subsidi itu dianggarkan, tapi pendapatan non core (properti) bisa menjadi solusi untuk meringankan," tambah Djoko.

Membangun moda transportasi menurut Djoko bukan perihal hitung-hitungan untung atau rugi saja. Menurutnya, transportasi umum merupakan kewajiban pemerintah yang merupakan bagian dari layanan publik.

Menurutnya, perlu ada evaluasi setelah sebulan berjalan. Dan jika masih dirasa masyarakat tidak ingin beralih maka bisa digunakan kebijakan misalnya saja menghambat mobilitas kendaraan pribadi di jalur MRT. 

Integrasi dengan moda angkutan lain juga dapat menjadi hal yang penting. Tarif dapat dijadikan Rp 10.000 namun sudah termasuk dalam penggunaan feeder bus Transjakarta. "Inovasi perlu, misal dengan bus transjakarta dari tempat tinggal di Tangsel atau Depok cukup Rp 12.000 sekali berangkat," ujar Djoko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi
Terbaru