PUPR : Pembangunan tanggul pantai utara 42 km mendesak antisipasi Jakarta tenggelam

Kamis, 16 September 2021 | 22:46 WIB   Reporter: Ratih Waseso, Syamsul Ashar
PUPR : Pembangunan tanggul pantai utara 42 km mendesak antisipasi Jakarta tenggelam

ILUSTRASI. Sejumlah anak bermain air di dekat Giant Sea Wall atau National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) di kawasan Muara Baru, Jakarta Utara, (3/1/2018). Tribunnews/Jeprima


Sementara pembangunan tanggul pantai utara Jakarta untuk jatah swasta telah selesai 2,1 km.

Upaya lain yang dilakukan oleh pemerintah pusat menangani penurunan tanah di pantai utara Jakarta yakni dengan mengurangi pemakaian air tanah dilakukan dengan pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional Karian-Serpong. 

Dengan selesainya SPAM Karian Serpong nanti diharapkan dapat menambah pasokan air bersih bagi warga Jakarta yang selama ini pasokan air bersih hanya berasal dari Waduk Jatiluhur, sehingga penggunaan air tanah masih dibutuhkan penduduk di wilayah Jakarta.

Berdasarkan laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) atau Panel Antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim tahun 2021, kawasan Asia Tenggara akan mengalami dampak yang cukup parah.

Baca Juga: Cuaca besok di Jabodetabek hujan ringan-sedang, jaga-jaga bawa payung

Hal tersebut menandakan tenggelamnya pesisir utara Pulau Jawa termasuk pantai Utara Jakarta bukan lagi sebuah prediksi, namun sudah menjadi ancaman.

Kerentanan kawasan Asia Tenggara terhadap kenaikan permukaan air laut ditemukan lebih cepat terjadi dibandingkan daerah lain. Hal ini semakin diperburuk oleh pergeseran tektonik dan efek surutnya air tanah.

Edvin Aldrian, Pakar Iklim dan Meteorologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan, hilangnya wilayah pesisir dan kemunduran garis pantai di Asia Tenggara telah diamati dari tahun 1984-2015. 

Proyeksi menunjukkan bahwa permukaan laut regional rata-rata terus meningkat.

Baca Juga: UPDATE Corona di Jakarta Kamis (16/9), positif 176, sembuh 331, meninggal 9

"Ini membuat kejadian banjir lebih sering di daerah pantai. Ditambah lagi Tingkat Total Ekstrim Air (Extreme Total Water Level/ETWL) lebih tinggi di daerah dataran rendah dan erosi pantai mulai terjadi di sepanjang pantai berpasir,” ungkap Edvin dalam Webinar yang diselenggarakan BRIN, Kamis (16/9).

Edvin menegaskan bahwa kenaikan air laut tak lepas dari fenomena mencairnya es di kutub bumi dan pemuaian air laut karena pemanasan global. Hal inilah yang mengakibatkan penambahan volume air laut, serta meningkatnya intensitas dan frekuensi banjir yang menggenangi wilayah daratan.

“Dapat disimpulkan bahwa perubahan iklim yang disebabkan aktivitas manusia menyebabkan dingkat banjir yang lebih tinggi termasuk yang terjadi pada pesisir utara Pulau Jawa,”
imbuhnya.

SELANJUTNYA>>>

Editor: Syamsul Azhar

Terbaru