PUPR : Pembangunan tanggul pantai utara 42 km mendesak antisipasi Jakarta tenggelam

Kamis, 16 September 2021 | 22:46 WIB   Reporter: Ratih Waseso, Syamsul Ashar
PUPR : Pembangunan tanggul pantai utara 42 km mendesak antisipasi Jakarta tenggelam

ILUSTRASI. Sejumlah anak bermain air di dekat Giant Sea Wall atau National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) di kawasan Muara Baru, Jakarta Utara, (3/1/2018). Tribunnews/Jeprima


Peneliti Ahli Utama BRIN, Eddy Hermawan mengungkapkan fenomena turunnya permukaan tanah di pesisir utara Pulau Jawa lebih mengkhawatirkan dibandingkan dengan selatan Jawa yang struktur geologinya cenderung berbukit.

“Cirebon, Pekalongan, Semarang, dan Surabaya adalah kota-kota pesisir utara Jawa yang paling rawan terhadap penurunan tanah ekstrim hingga tahun 2050," kata Dia.

Dimana kondisi morfologi daerah pesisir yang relatif datar membuat hampir seluruh aktivitas pembangunan infrastruktur jalan dan perekonomian dipusatkan di utara Jawa. Hal tersebut membuat beban tanah karena bangunan dan penyedotan atas penggunaan air tanah menjadi lebih intensif dibandingkan dengan wilayah lain.

"Untuk itu, upaya mitigasi dengan kebijakan penggunaan air tanah, penanaman mangrove, dan pencegahan perusakan lingkungan harus segera dilakukan,” ujar Eddy.

Baca Juga: Peneliti ITB: Bukan Jakarta yang berpotensi tenggelam pertama, tapi wilayah lain

Peneliti Ahli Utama Bidang Teknologi Penginderaan Jauh BRIN, Rokhis Khomarudin menuturkan, dampak perubahan iklim terhadap pesisir utara Pulau Jawa semakin tinggi dengan dipicu oleh penurunan permukaan tanah di wilayah tersebut.

Manusia disebut menjadi faktor penyebab yang signifikan. Dimana konsumsi air tanah yang masif dan tidak terkendali menyebabkan turunnya permukaan tanah.

"Walaupun saat ini dampaknya belum terlalu terasa, namun risiko turunnya permukaan tanah jelas membawa kerugian besar, baik dari sisi sosial maupun ekonomi bagi negara kepulauan seperti Indonesia,” jelasnya.

Rokhis memaparkan, berdasarkan hasil pemantauan citra satelit terbukti terjadi penurunan muka tanah di DKI Jakarta antara 0,1 cm hingga 8 cm per tahun, Cirebon antara 0,3 cm hingga 4 cm per tahun, Pekalongan antara 2,1cm hingga 11 cm per tahun, Semarang antara 0,9 hingga 6 cm per tahun, dan Surabaya antara 0,3 hingga 4,3 cm per tahun.

Baca Juga: Proses persiapan pembangunan ibukota negara yang baru terus berlanjut

Dari data satelit terlihat bahwa pesisir utara Jawa, terutama Pekalongan, mengalami penurunan muka tanah yang paling tajam. Kondisi geologi daerah pesisir yang merupakan tanah lunak ditunjang dengan peningkatan pembangunan pemukiman dan penggunaan air tanah menyebabkan penurunan muka tanah semakin tinggi.

Oleh karena diperlukan adanya monitoring terhadap penurunan tanah dan laju perubahan garis pantai akibat perubahan ketinggian air laut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Syamsul Azhar

Terbaru