RS rujukan Covid-19 di Jakarta hampir penuh, ini imbauan untuk warga Ibu Kota

Rabu, 23 Desember 2020 | 09:38 WIB Sumber: Kompas.com
RS rujukan Covid-19 di Jakarta hampir penuh, ini imbauan untuk warga Ibu Kota

ILUSTRASI. Foto aerial suasana malam hari di Rumah Sakit Darurat (RSD) Penanganan COVID-19 Kompleks Wisma Atlet Kemayoran Jakarta. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/wsj.


VIRUS CORONA - JAKARTA. Dalam beberapa waktu terakhir, Rumah Sakit rujukan Covid-19 di Jakarta hampir penuh seiring dengan peningkatan kasus penularan. Warga diimbau untuk tetap di rumah dan disiplin menerapkan protokol kesehatan agar tak terjadi ledakan kasus. 

"Karena ini RS sudah full, walau pun dokternya cukup, kalau tempat enggak ada kan repot juga," kata Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) DKI Jakarta Slamet Budiarto kepada Kompas.com, Selasa (22/12/2020). 

Slamet meminta, di masa liburan Natal dan tahun baru ini, masyarakat bisa menahan diri untuk tetap di rumah. 

"Masyarakat sebaiknya tidak makan di restoran dulu. Semua di rumah. Liburan jangan keluar. Di rumah saja. Memang bosan. Tapi kita menunggu vaksin sampai tahun depan," ujarnya. 

Baca Juga: Inilah daftar zona merah corona di Jakarta terbaru, per 17 Desember

Secara khusus, Slamet juga menyoroti kluster keluarga yang dalam beberapa waktu terakhir mengalami peningkatan. 

Slamet menilai, peningkatan terjadi karena masyarakat tak disiplin menerapkan protokol kesehatan dengan memakai masker atau menjaga jarak saat bertemu dengan anggota keluarganya. 

Oleh karena itu, Slamet mengimbau agar masyarakat tetap menjaga protokol kesehatan saat berinteraksi dengan keluarga, khususnya yang berbeda rumah. 

Baca Juga: Sudah sembuh dari corona, apakah masih perlu vaksin Covid-19?

Jika masyarakat tak bisa menjaga protokol kesehatan, maka ia menilai pemerintah provinsi DKI terpaksa harus memberlakukan pengetatan Pembatasan Sosial Berskala Besar. 

"Kalau ini tidak bisa dilakukan maka jalan keluarnya PSBB diperketat. Kalau PSBB diperketat, ekonomi runtuh lagi. Sebelum PSBB diperketat tolong dengan kesadaran sendiri sayangi diri sendiri sayangi keluarga," katanya. 

Pernyataan Slamet soal rumah sakit yang hampir penuh sejalan dengan data keterisian tempat tidur di rumah sakit dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan juga Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet. 

Data menunjukkan bahwa keterisian tempat tidur sudah berada di angka 75%. Padahal batas aman yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah 60%. 

Di atas 80% 

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Widyastuti mengatakan, tingkat keterisian tempat tidur isolasi pasien Covid-19 mencapai 85%, sementara untuk ICU mencapai 80%. 

Peningkatan tingkat keterisian tersebut, kata Widyastuti, terus mengalami peningkatan dalam kurun waktu satu bulan terakhir. Data terakhir per 20 Desember 2020 dari 6.663 tempat tidur isolasi, kini sudah terisi sebanyak 5.691 tempat tidur. Sedangkan untuk ruang ICU terdata ada 907 tempat tidur, dan kini sudah terisi sebanyak 772 tempat tidur. 

Baca Juga: Waduh! Angka kematian pasien Covid-19 naik 3%, Jateng dan Jatim tertinggi 

Pemprov DKI Jakarta berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas tempat tidur isolasi dan ICU untuk mengantisipasi lonjakan kasus jelang libur akhir tahun. 

"Melalui Instruksi Gubernur Nomor 55 Tahun 2020, Pemprov DKI Jakarta berkomitmen meningkatkan kapasitas tempat tidur isolasi dan ICU," ucap Widyastuti. 

Widyastuti menargetkan penambahan 508 tempat tidur isolasi dan 113 tempat tidur ICU di RS rujukan Covid-19 Jakarta dalam waktu dekat. 

Dia juga mengatakan, peningkatan tempat tidur isolasi dan ICU akan dibarengi dengan penambahan jumlah tenaga kesehatan. 

Tak lagi terima pasien OTG 

Di saat bersamaan, Wisma Atlet Kemayoran di Jakarta Pusat yang disulap menjadi Rumah Sakit Darurat Covid-19 juga hampir penuh. Keterisian tempat tidur di rumah sakit terus meningkat dan sudah mencapai 75%. 

Wisma Atlet pun kini sudah tak lagi menerima pasien Covid-19 dengan status orang tanpa gejala (OTG). 

"Karena pasien bergejala di tiga tower sudah lebih dari 75%, sehingga perlu spare untuk pasien bergejala. Akhirnya di Tower 5 dipakai untuk pasien bergejala. Sehingga praktis kami sudah tidak menerima pasien orang tanpa gejala," kata Komandan Lapangan RSD Covid-19 Wisma Atlet Letkol Laut Muhammad Arifin, Selasa (22/12/2020). 

Baca Juga: Per Selasa (22/12): Kasus Corona Indonesia capai 678.125, taati selalu 3 M

Arifin mengatakan, Tower 4 saat ini sudah terisi 82,28 persen atau 1.272 orang pasien dari 1.546 tempat tidur yang tersedia. Sementara, Tower 6 sudah terisi 62,62% atau 814 orang pasien dari 1.300 tempat tidur yang tersedia. 

Sedangkan, Tower 7 sudah terisi 75,92% atau 1.198 orang pasien dari 1.578 tempat tidur yang tersedia. Secara total, RS Wisma Atlet Tower 4, 6, dan 7 sudah terisi 74,23% atau 3.284 pasien dari 4.424 tempat tidur yang tersedia. 

Pasien yang dirawat di ketiga tower itu adalah yang mengalami gejala ringan dan berat. Sementara kapasitas Tower 5 yang menjadi flat isolasi mandiri hingga saat ini masih terisi 71,59% atau 1.124 orang pasien dari 1.570 tempat tidur yang tersedia. 

Baca Juga: Sudah resmi, liburan dengan mobil pribadi tak wajib rapid test antigen

Pasien tanpa gejala tersebut akan dipindahkan ke Wisma Pademangan atau dipulangkan. 

"Tapi untuk pasien baru sudah tidak diterima untuk OTG," kata Arifin. 

Peningkatan kasus Keterisian tempat tidur di RS yang terus meningkat sejalan dengan laju penularan kasus yang makin masif dalam beberapa waktu terakhir. Bahkan pada Sabtu 19 Desember lalu, Pemprov DKI Jakarta mencatat rekor tertinggi dengan penambahan 1.899 kasus baru Covid-19. 

Lonjakan kasus itu memiliki dampak signifikan terhadap penambahan jumlah kasus aktif yang semula masih berada di bawah 13.000 kemudian melonjak ke angka 13.385. 

Setelah rekor baru tersebut tercipta, kasus Covid-19 di DKI Jakarta tak kunjung mengalami penurunan signifikan. Pada Minggu 20 Desember 2020, ada 1.592 kasus baru tercatat di DKI Jakarta. 

Pada keesokan harinya atau Senin 21 Desember 2020, tercatat ada 1.466 kasus baru Covid-19. Lalu pada Selasa 22 Desember kemarin, terdapat 1.311 kasus baru. Kini kasus aktif terbaru berada di angka 13.082 pasien dengan status masih dirawat atau melakukan isolasi mandiri. 

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menilai, peningkatan kasus Covid-19 dalam beberapa waktu terakhir disebabkan oleh sejumlah faktor. Pertama adalah karena kapasitas testing dan pelacakan yang tidak memadai. Lalu upaya Pembatasan Sosial Berskala Besar yang tidak maksimal. 

Baca Juga: Inilah daftar 13 stasiun kereta api penyedia layanan rapid test antigen, tarif murah

"Ini bersatu padu dalam faktor perburukan pandemi," ujarnya. 

Sama seperti Slamet, Dicky juga mengimbau masyarakat di wilayah Jakarta dan sekitarnya untuk tak bepergian pada momen liburan Natal dan tahun baru. Ia juga meminta pemerintah untuk membuat aturan tegas soal pembatasan pergerakan orang ini. 

"Yang harus dilakukan adalah pembatasan mobilitas dan interaksi manusia. Tidak boleh bebas pergi sana sini. Pembatasannya bukan PSBB. Masyarakat jangan keluar daerahnya. Ditekankan di rumahnya saja, stay at home," ujar Dicky. 

Selain itu, Dicky juga meminta pemerintah daerah untuk menambah kapasitas rumah sakit darurat. Hal ini diperlukan untuk mengantisipasi lonjakan kasus dalam beberapa waktu ke depan. 

"Harus disiapkan RS Darurat agar yang bergejala ringan jangan di RS, tapi di RS Darurat. Ini harus disiapkan dari sekarang," ujarnya. 

Perpanjang PSBB transisi 

Sementara itu, untuk menekan penularan Covid-19 yang semakin masif di Jakarta, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kemudian memutuskan untuk memperpanjang pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi. PSBB transisi diperpanjang hingga 3 Januari 2021 untuk menekan mobilitas penduduk pada periode libur Natal dan Tahun Baru. 

"Mobilitas penduduk ini akan kami pantau dan dikendalikan agar tak terjadi penularan, baik orang dari luar ke Jakarta maupun sebaliknya," ujar Anies. 

Anies Baswedan juga mengingatkan kembali terkait dampak libur akhir tahun yang akan segera tiba untuk tidak melakukan aktivitas liburan di luar rumah, terlebih aktivitas ke luar kota. 

"Kami mengimbau masing-masing dari kita untuk menahan diri tidak liburan ke luar rumah, apalagi ke luar kota," ujar Anies. 

Pasalnya, kata Anies, dampak melakukan aktivitas liburan ke luar rumah, terlebih ke luar kota, bisa jadi petaka untuk diri sendiri. Bisa jadi yang awalnya liburan dan bersenang-senang kemudian menjadi berita duka karena terpapar Covid-19 setelah menjalani aktivitas liburan di luar rumah.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "RS di Jakarta Hampir Penuh, Ini Imbauan untuk Warga Ibu Kota"
Penulis : Ihsanuddin
Editor : Irfan Maullana

 

Selanjutnya: Biaya test swab antigen di stasiun KAI murah, cuma Rp 105 ribu, ini sebabnya

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 3 4 5 Tampilkan Semua
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Terbaru