Sejarah masa lalu Penajam Paser Utara, dari kisah dua Suku Paser hingga Kerajaan Adat

Selasa, 27 Agustus 2019 | 19:55 WIB   Reporter: kompas.com
Sejarah masa lalu Penajam Paser Utara, dari kisah dua Suku Paser hingga Kerajaan Adat

ILUSTRASI. Kendaraan melintas di dekat Masjid Agung Al Ikhlas di Kabupaten Penajam Passer Utara


Seiring waktu berjalan, bagian dari Kerajaan Paser lambat laun menghilang karena memilih bergabung dengan kerajaan besar. Banyak dari kerajaan-kerajaan kecil tersebut yang akhirnya kisahnya hanya tertinggal sebagai legenda yang hidup di masyarakat.

Penajam Paser Utara secara administratif merupakan suatu wilayah otonomi. Namun secara budaya, Penajam Paser Utara sangat erat keterikatannya dengan Kutai Kartanegara.

Soalnya, keberadaan wilayah Penajam Paser Utara yang disebut Balikpapan Seberang sempat menjadi bagian dari Kutai Kartanegara. Pada 1942, Penajam Paser Utara beralih menjadi bagian dari Kabupaten Paser.

Pada 10 April 2002, kabupaten ini kemudian memekarkan diri dari Paser menjadi kabupaten otonomi bernama Kabupaten Penajam Paser Utara.

Baca Juga: Mengenal Penajam Paser Utara, Ibu Kota baru

Angkatan perang masa lalu

Peninggalan masa lalu dari Penajam Paser Utara adalah keberadaan meriam, bedil, senjata, dan mesiu. Ini tidak terlepas dari keberadaan angkatan laut masa lalu di Kerajaan Paser.

Dalam catatan Raja-Raja Paser, Tunan lebih dikenal sebagai Tanjung Jumlai. Keberadaan Tunan menjadi bagian penting dari Kerajaan Paser kala itu. Makanya, tak heran wilayah yang dihuni Suku Tunan tersebut dilengkapi armada perang untuk mengamankan sisi Utara Kerajaan Paser.

Keberadaan armada perang tersebut dilengkapi pula oleh angkatan laut Kerajaan Paser yang tak lepas dari peran bangsawan Bugis Sulawesi Selatan, Petta Saiye.

Dalam tugasnya, Petta Saiye membuat kapal perang dengan memodernisasi kapal perang Sultan Sulaiman Alamsyah. Ia dibantu empat tenaga ahli beserta 50 pekerja biasa. Kepada Petta Saiye, Sultan memerintahkan untuk mengisi kapal dengan berbagai senjata perang.

Baca Juga: Penajam Paser Utara jadi Ibu Kota, Tol Balikpapan-Samarinda siap beroperasi

Cara mendapatkan senjata itu dilakukan dengan cara jual beli zaman dahulu. Yakni, menggunakan sistem barter berupa pertukaran dengan rotan, getah wingkang, getah ketiau, dan emas.

Saat pencarian senjata tersebut, Petta Saiye yang awalnya berharap akan mendapatkan senjata di Perairan Sulawesi Selatan memperoleh informasi, bahwa Kapal Portugis yang biasanya menyediakan senjata telah jarang masuk ke wilayah tersebut.

Editor: S.S. Kurniawan
Terbaru