Di samping variabel cuaca lokal yang dinamis, Profesor Dwikorita juga memperingatkan ada pengaruh La Nina yang ikut aktif bermain. Indeks Osilasi Pasifik Selatan yang menjadi indikator La Nina masih menunjuk angka -0,8, dengan pengaruh ringan. Tapi, di tengah musim hujan reguler, dengan angin monsunal yang basah, dan bibit siklon tropis yang datang dan pergi, ditambah lagi faktor dinamika atmosfir akibat perubahan iklim, pengaruh La Nina semakin kuat.
"Potensi cuaca ekstrem akibat La Nina sangat besar kemungkinan terjadi. Kami mohon untuk tetap waspada, dan tak memaksakan mengangkut penumpang jika cuaca tidak memungkinkan," ungkap Dwikorita di Pelabuhan Merak, Cilegon, Kamis (23/12/2021).
Peringatan itu dikeluarkan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kapal akibat cuaca buruk dan gelombang tinggi. Dwikorita juga berharap agar Syahbandar menunda Surat Persetujuan Berlayar (SPB) jika cuaca sedang buruk.
Terkait prediksi curah hujan, menurut Dwikorita, pada Desember 2021 dan Januari 2022, termasuk di periode Natal dan Tahun Baru (Nataru), menunjukkan kecenderungan curah hujan pada kategori menengah hingga tinggi, yakni antara 100--500 mm per bulan. Pada sejumlah daerah ada kenaikan 70 persen dari rata-rata normal.
Baca Juga: Dokter Reisa : Jadwalkan Ulang Mudik Libur Nataru untuk Mencegah Sirkulasi Virus
"Untuk Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Bengkulu, dan Jambi, puncak musim hujannya diperkirakan terjadi pada Desember. Sementara itu, puncak musim hujan di wilayah Sumatra Selatan, Lampung, Jawa, Kalimantan, Bali, NTB, dan NTT, diperkirakan terjadi pada Januari hingga Februari 2022," Dwikorita menambahkan.
Ancaman bencana hidrometeorologi selalu mengintai di musim hujan ini. Di laut maupun di darat. "Dimohon masyarakat terus waspada, dengan adanya kemungkinan bahaya banjir, banjir bandang, petir, topan, banjir rob, longsor," ujar Dwikorita seperti dilansir siaran pers BMKG.
Dia menambahkan, di laut ada potensi angin badai, petir, dan gelombang tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News