PETERNAKAN - YOGYAKARTA. Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, menyiapkan ribuan liter formalin untuk mencegah penyebaran penyakit antraks di wilayah positif antraks. Sebab, ternak dan tanah di wilayah Dusun Ngrejek Wetan, Desa Gombang, positif antraks.
Kepala Seksi Kesehatan Hewan dan Veteriner, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul, Retno Widiastuti menyampaikan, terhitung sejak Desember lalu, ada 21 sapi dan 15 kambing yang diketahui mati mendadak.
Dari pemeriksaan yang dilakukan, dari 10 ternak yang mati yang bisa diambil sampelnya ada 6 lokasi, yakni darah sapi 1 lokasi, sisanya tanah sisa penyembelihan.
Baca Juga: Positif antraks, Dinkes Gunungkidul minta warga rebus air lebih lama
"Pada saat kita datang itu yang bisa diambil sampelnya satu, dari Pak Giyarno itu. Tapi yang lainnya sudah hilang ternaknya. Yang kita ambil sampel tanah, kita mengirimkan 6 sampel ke balai besar veteriner (BBVET). Yang positif 4, yang negatif 2 darah sapi termasuk positif, sapi yang dipurak dimakan itu positif. Itu utamanya dari wilayah Dusun Ngrejek Wetan," kata Retno dalam jumpa pers "Penanganan Antraks di Kabupaten Gunungkidul" di Kecamatan Playen, Rabu (15/1/2020).
“Untuk antisipasinya memang kami lakukan upaya layaknya penanganan pada sapi positif antraks. Untuk di (Dusun) Ngrejek (Wetan) sendiri uji lab kami ulang dan hasilnya masih positif, kalau untuk daerah lain karena negatif maka tidak diulang tapi tetap dipantau,” ujar Retno.
Baca Juga: Cegah penyebaran antraks, DPP Kabupaten Gunungkidul melokalisir ternak masyarkat
Dijelaskan, meski belum terbukti negatif atau belum terbukti antraks, hewan yang mati dikubur sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Misalnya, petugas menggunakan baju khusus. Kemungkinan besar untuk sapi ditemukan mati mendadak lantaran sekarang ini musim hujan atau masih tergolong pancaroba. Di mana bisa saja sapi mengalami keracunan makanan ataupun karena faktor lain tetapi bukan karena penyakit antraks itu.
"Caranya penguburan, kedalaman penggalian tanah, proses penguburannya, kita anggap dia seperti kasus antraks. Kita tidak memastikan oh ini antraks oh ini bukan, kecuali kalau ada cerita (mati karena) keracunan, terjerat itu aman. Tetapi, bangkai harus dikubur," kata Retno.
Pihaknya terus melakukan pengendalian Gunungkidul bebas antraks. Ke depan, akan dilakukan injeksi antibiotik untuk wilayah di sekitar lokasi. Pihaknya menyiapkan 15.000 dosis vaksin dan 5.000 liter formalin.
Baca Juga: Djarot: Hewan kurban di DKI bebas antraks
"Termasuk pasar hewan mungkin akan kami izin untuk disinfeksi juga, kemudian untuk antibiotik dan vitamin ada 10.000 dosis. Mudah-mudahan bisa meng-cover melindungi ternak di sekitar wilayah Semanu, Rongkop, dan Ponjong. Mudah-mudahan Gunungkidul tetap idola ternak," ucap Retno.
Selain itu, Pemkab ke depan akan mengaktifkan pos lalu lintas di dua tempat satu di wilayah Bedoyo dan satu lagi di Sambirejo Ngawen. Kedua pos tersebut diaktifkan untuk membatasi peredaran ternak serta mengawasi agar tidak ada hewan ternak yang terkena anthraks masuk ke Gunungkidul.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Gunungkidul Asman Latif meminta masyarakat untuk tetap tenang dan tidak perlu khawatir mengenai isu yang merebak di wilayah Gunungkidul ini. Namun demikian, edukasi dan pemahaman terus diberikan kepada masyarakat agar jika ada sapi mati kemudian melapor ke petugas.
Baca Juga: 16 warga Kulonprogo terjangkit antraks
"Jangan samapai budaya brandu (menyembelih hewan sebelum mati dan dibagikan) yang sering dilakukan justru berdampak buruk," kata Asman. "Pemerintah Gunungkidul sendiri berupaya penangan yang terbaik, sekali lagi pesan kami kepada masyarakat jangan menyembelih hewan yang mati atau sakit karena jika dagingnya dikonsumsi sangat berbahaya bagi kesehatan," ucap Asman.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Antraks Menyebar, 5.000 Liter Formalin Disiapkan"
Penulis : Kontributor Yogyakarta, Markus Yuwono
Editor : Khairina
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News