KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta akan melakukan revitalisasi pasar tradisional secara bertahap. Program ini dimulai dengan lima pasar, termasuk Pasar Minggu yang menjadi proyek terbesar.
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno, menjelaskan revitalisasi penting untuk menciptakan pasar yang lebih modern, aman, dan nyaman bagi pedagang maupun pengunjung. Ia optimistis kondisi pasar tradisional yang selama ini identik dengan kumuh dan tidak layak bisa segera teratasi.
“Memang belum bisa serentak, ada lima pasar segera kita revitalisasi dan yang paling besar adalah Pasar Minggu,” kata Rano, Kamis (11/9/2025), dikutip dari situs resmi Pemprov DKI Jakarta.
Baca Juga: UMP DKI Jakarta 2025 dan Daftar Kenaikan dari 2020-2024
Menurut Rano, perbaikan Pasar Minggu tidak hanya mencakup pembangunan gedung dan infrastruktur, tetapi juga pengembangan hunian di bagian atas pasar. Proses ini akan dikerjakan oleh Perumda Pasar Jaya yang sudah menyiapkan anggaran dan perencanaan.
“Mudah-mudahan tahun depan satu pasar bisa selesai,” ujarnya.
Kondisi Pasar Masih Memprihatinkan Data Perumda Pasar Jaya menunjukkan, dari 153 pasar tradisional yang mereka kelola, sekitar 60 pasar dalam kondisi kumuh dan rawan banjir.
Ketua Umum Pusat Koperasi Pedagang Pasar (Puskoppas) DKI Jakarta, Gusnal, bahkan menyebut 40% pasar berada dalam kondisi memprihatinkan, seperti becek, bocor, rawan kebakaran, hingga tidak nyaman ditempati pedagang.
Beberapa pasar yang disebut dalam kondisi terburuk tersebar di berbagai wilayah Jakarta.Di antaranya, seperti: Pasar Sukapura dan Pasar Lontar (Jakarta Utara) Pasar Pulogadung dan Pasar Ciplak (Jakarta Timur) Pasar Cempaka Putih dan Pasar Paseban (Jakarta Pusat) Pasar Blok A dan Pasar Mampang Prapatan (Jakarta Selatan). Kondisi terparah ada di Pasar Blok G Tanah Abang dan Pasar Lontar Kebon Melati.
Beban pedagang tradisional
Selain persoalan infrastruktur, pedagang pasar juga menghadapi beban biaya tinggi. Gusnal menuturkan, banyak pedagang kesulitan bertahan karena harus membayar retribusi, parkir, kebersihan, listrik, hingga perpanjangan hak pakai (PHP). Ia menilai pola pembangunan pasar selama ini lebih menguntungkan pengembang dan Perumda Pasar Jaya.
“Yang membangun pihak pengembang, kemudian dijual kepada pedagang. Keuntungan didapatkan pengembang dan Pasar Jaya, sementara pedagang semakin terbebani,” kata Gusnal.
Baca Juga: TJ Radio Resmi Mengudara, Hadirkan Informasi Real-Time untuk Penumpang Transjakarta
Pedagang berharap revitalisasi tidak sekadar mempercantik bangunan, tetapi juga memperhatikan regulasi yang berpihak pada keberlangsungan usaha mereka.
Bagi pedagang, pasar tradisional bukan hanya ruang transaksi ekonomi, tetapi juga bagian dari identitas sosial budaya masyarakat Jakarta. Dengan perbaikan infrastruktur dan kebijakan yang mendukung, mereka berharap daya saing pasar tradisional bisa kembali meningkat di tengah gempuran pusat perbelanjaan modern dan platform digital.
Selanjutnya: Trump Menekan Anggota NATO untuk Hentikan Pembelian Minyak Rusia
Menarik Dibaca: BRI Bagikan Tips Cerdas Kelola Keuangan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News