Peristiwa

Ini Daftar Zona Megathrust di Indonesia, Ada Potensi Tsunami

Jumat, 10 Januari 2025 | 04:10 WIB Sumber: Kompas.com
Ini Daftar Zona Megathrust di Indonesia, Ada Potensi Tsunami

ILUSTRASI. Peneliti dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN mengungkap potensi gempa megathrust di Selat Sunda dan sejumlah wilayah lain di Indonesia. ANTARA FOTO/Seno


GEMPA - Peneliti dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengungkap potensi gempa megathrust di Selat Sunda dan sejumlah wilayah lain di Indonesia. 

Peneliti dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Nuraini Rahma Hanifa mengatakan, potensi bencana dalam bentuk gempa megathrust di wilayah selatan Jawa bisa saja terjadi. 

Gempa tersebut, menurut dia, dapat memicu tsunami dengan skala seperti yang terjadi di Aceh pada 26 Desember 2004 silam. 

Daftar zona megathrust di Indonesia 

Megathrust adalah jenis patahan besar yang terletak di zona subduksi, tempat lempeng tektonik lebih padat bergerak ke bawah lempeng yang lebih ringan. 

Pergerakan ini menciptakan tekanan yang bisa menyebabkan gempa bumi dengan magnitudo tinggi, ketika dilepaskan secara tiba-tiba. 

Bukan hanya potensi menghasilkan gempa besar, kondisi tersebut juga bisa memicu tsunami dengan gelombang tinggi. 

Dilansir dari Kompas.com, Selasa (13/8/2024), wilayah Indonesia dikelilingi oleh titik-titik megathrust, antara lain: 

Baca Juga: Gempa di Tibet Tewaskan Lebih dari 120 Orang, Dekat Kota Suci Umat Buddha

  1. Aceh-Andaman
  2. Nias-Simeulue
  3. Kepulauan Batu
  4. Mentawai-Siberut
  5. Mentawai–Pagai
  6. Enggano
  7. Selat Sunda, Banten Selatan
  8. Jawa Barat Selatan
  9. Jawa Tengah-Jawa Timur Selatan
  10. Bali Selatan
  11. Nusa Tenggara Barat (NTB) Selatan
  12. Nusa Tenggara Timur (NTT)
  13. Laut Banda Selatan
  14. Laut Banda Utara
  15. Utara Sulawesi
  16. Subduksi lempeng Laut Filipina. 

Setiap zona megathrust memiliki potensi gempa yang berbeda. Namun, tidak setiap gempa megathrust menimbulkan potensi tsunami. Pasalnya, tsunami memiliki syarat gempa besar dengan titik pusat gempa atau hiposenter dangkal dan gerak naik. 

Meski demikian, bukan tidak mungkin tsunami menyusul gempa di sejumlah zona megathrust tersebut. 

Potensi tsunami di Selat Sunda Rahma mengungkapkan, segmen megathrust di selatan Jawa, termasuk Selat Sunda, menyimpan energi tektonik yang signifikan. 

Berdasarkan risetnya, segmen selatan Jawa ini berpotensi melepaskan gempa berkekuatan magnitudo (M) 8,7 hingga 9,1. 

"Potensi megathrust ini dapat memicu goncangan gempa yang besar dan tsunami, yang menjalar melalui Selat Sunda hingga ke Jakarta dengan waktu tiba sekitar 2,5 jam," ungkap Rahma, dikutip dari laman BRIN, Kamis (26/12/2024). 

Baca Juga: Gempa Bumi Mengguncang Himalaya Utara, Menewaskan 95 Orang di Tibet

Jika tsunami terjadi, dari simulasi yang dilakukan oleh BRIN bersama tim peneliti dari berbagai institusi, ketinggian gelombang diperkirakan bisa mencapai hingga 20 meter. 

Menurut simulasi, gelombang tsunami berpotensi setinggi 20 meter di pesisir selatan Jawa, 3–15 meter di Selat Sunda, dan sekitar 1,8 meter di pesisir utara Jakarta.

Penelitian ini juga menunjukkan, fenomena serupa pernah terjadi dalam sejarah. Misalnya, saat tsunami Pangandaran 2006 yang dipicu oleh marine landslide di dekat Nusa Kambangan. 

"Energi yang terkunci di zona subduksi selatan Jawa terus bertambah seiring waktu," ujar Rahma. 

"Jika dilepaskan sekaligus, goncangan akan memicu tsunami tinggi yang bisa berdampak luas, tidak hanya di selatan Jawa tetapi juga di wilayah pesisir lainnya," tambahnya. 

Melalui penelitian paleotsunami, Rahma mengungkapkan, BRIN menemukan bahwa gempa megathrust di selatan Jawa memiliki periode ulang sekitar 400–600 tahun. 

Dengan kejadian terakhir diperkirakan pada 1699, energi yang tersimpan saat ini pun dinilai telah mencapai titik kritis. 

Upaya mitigasi potensi gempa megathrust 

Oleh karena itu, BRIN menekankan pentingnya mitigasi melalui pendekatan struktural dan non-struktural. 

Pendekatan struktural meliputi pembangunan tanggul penahan tsunami, pemecah ombak, serta penataan ruang di kawasan pesisir dengan memperhatikan jarak aman 250 meter dari bibir pantai. 

"Pembangunan hutan pesisir atau vegetasi alami seperti pandan laut dan mangrove juga menjadi solusi berbasis ekosistem untuk meredam energi gelombang tsunami," jelas Rahma. 

Di sisi lain, pendekatan non-struktural melibatkan kesiapsiagaan masyarakat melalui edukasi mitigasi bencana, pelatihan simulasi evakuasi, dan penyediaan jalur dan lokasi evakuasi yang memadai. 

"Kita harus memastikan bahwa masyarakat memiliki pemahaman tentang potensi bahaya tsunami, sistem peringatan dini yang efektif, serta kemampuan merespons dengan cepat," kata dia. 

Baca Juga: Gempa 6,8 Skala Richter Mengguncang Kota Suci Shigatse di Tibet

Untuk daerah perkotaan dengan kepadatan penduduk tinggi dan sedimen tanah rentan mengamplifikasi goncangan, seperti Jakarta, upaya mitigasi gempa mencakup retrofitting atau penguatan struktur bangunan. 

Menurut Rahma, retrofitting sangat penting, terutama untuk bangunan di kawasan padat penduduk lantaran goncangan kuat berpotensi menyebabkan kerusakan masif dan korban jiwa. 

Sementara itu, untuk kawasan industri seperti Cilegon, potensi gempa dikhawatirkan dapat memicu kebakaran akibat kebocoran bahan bakar atau bahan kimia di pabrik-pabrik besar. 

Oleh karenanya, perlu adanya antisipasi melalui penerapan standar keamanan yang ketat. 

Sebagai upaya mitigasi kebencanaan, BRIN pun terus bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dan institusi terkait. 

Baca Juga: Ilmuwan Peringatkan Gunung Berapi Bawah Laut Ini Diprediksi Meletus pada 2025

Kerja sama tersebut bertujuan untuk memperkuat sistem peringatan dini tsunami, khususnya di Selat Sunda dan wilayah selatan Jawa. 

Salah satu upaya yang dilakukan, yakni pemasangan sensor deteksi perubahan muka air laut di kawasan rawan tsunami. Sementara itu, dalam siaran BRIEF #130 Mengenal Megathrust dan Mitigasinya di YouTube BRIN Indonesia, hal-hal yang harus disiapkan masyarakat, antara lain: 

  • Kenali lingkungan di sekitar, tempat aman dan tempat tidak aman
  • Perkuat struktur dan fasilitas yang aman
  • Siapkan kontak dan tas emergency untuk bertahan hidup 72 jam
  • Kenali tempat dan jalur evakuasi
  • Siapkan rencana kedaruratan dan pertemuan keluarga
  • Siapkan rencana untuk membangun kehidupan kembali. 

Tonton: Prabowo Bersyukur Defisit APBN Tetap Terkendali di Tengah Gejolak Global

"Bencana seperti tsunami Aceh mengajarkan kita bahwa kesiapsiagaan dan mitigasi bencana adalah kunci untuk menyelamatkan nyawa," tandasnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ada Potensi Tsunami, Ini Daftar Zona Megathrust dan Upaya Mitigasinya"

Selanjutnya: Tak Perlu Buru-Buru Beli Token Listrik, Diskon PLN Berlaku Sepanjang Januari

Menarik Dibaca: Ternyata Begini Cara Bikin Daun Terlihat Mengkilap!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 3 Tampilkan Semua
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Terbaru