Maraknya Usaha Rakyat di Seputar Kawasan Industri Nikel Pulau Obi

Minggu, 17 September 2023 | 21:28 WIB   Reporter: Ardian Taufik Gesuri
Maraknya Usaha Rakyat di Seputar Kawasan Industri Nikel Pulau Obi

ILUSTRASI. Kelompok UMKM pimpinan Mama Cahyadi Desa Kawasi, Pulau Obi, Halmahera Selatan


UMKM - HALMAHERA SELATAN. Mama Cahya tampak bersemangat ketika menceritakan usaha mikro-kecil yang digarap bersama anggota kelompoknya di Desa Kawasi, Pulau Obi, Halmahera Selatan (16/9).

Para tamu yang siang itu berkunjung ke rumahnya pun disuguhi aneka camilan buatan Mama Cahya dan kawan-kawannya.

Perempuan paruh baya berkerudung itu kini memimpin kelompok UMKM yang beranggotakan 36 orang perempuan di desanya. Usaha yang mereka garap antara lain keripik pisang, keripik keladi, sambal ikan tuna, juga tempe.

“Saat ini omzet mereka sudah mencapai Rp 18 juta per hari, ratusan juta per bulan,” ungkap Gatot, Community Development Manager PT Trimegah Bangun Persada Tbk, anak perusahaan Harita Group yang mengelola ekosistem industri nikel di Pulau Obi.

PT Trimegah Bangun Persada Tbk, yang di bursa saham punya kode NCKL, terlibat dalam pemberdayaan masyarakat sekitar lingkungan kawasan industri mereka sejak tahun 2019.

“Mula-mula kami bikin keripik dari pisang buano, lalu berkembang menjadi 4 rasa,” ujar Mama Cahya yang nama aslinya Suryani Joronga.

Sampai saat ini pun, keripik pisang yang punya merek Horiwo paling laku. Dalam bahasa Tobelo, “horewo” berarti “mari berkumpul”.

“Kami memproduksi sebanyak 150 kantong sampai 200 kantong per minggu, dijual ke masyarakat Kawasi dan ke perusahaan,” kara Mama Cahya.

Baca Juga: Harita Nickel Mengokohkan Posisi sebagai Jawara Tambang Nikel Terpadu di Indonesia

Saat ini ada lebih dari 11.000 karyawan Harita Nickel Group yang bekerja di Pulau Obi, ditambah sekitar 6.500 orang kontraktor di proyek Kawasan Industri Pulau Obi. Tentu pasokan untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari menjadi peluang bisnis yang layak digarap.

Sebut saja dalam sebulan, kawasan industri milik Harita Nickel ini membutuhkan 20 ton tempe tahu, 9.000 butir telur, 35 ton beras, 8 ton bebek, dan bahan pangan lainnya.

Mama Cahya yang sudah tinggal di Kawasi selama 14 tahun bersama suaminya pun merasakan manfaat kehadiran Harita Nickel. “Dulu kami hanya bertani dan mencari ikan, dengan hasil seadanya,” ujarnya.

 

 

Editor: Yudho Winarto
Terbaru