Untuk meningkatkan pasokan beras, sudah 1,5 tahun ini Harita Nickel terlibat dalam pemberdayaan petani lokal, melalui perbaikan infrastruktur pertanian dan dukungan sarana & prasarana produksi. Ada sekitar 70 petani dari 2 badan usaha milik desa (bumdes) yang menggarap 14 hektare sawah.
Hasilnya bisa segera terlihat. Sawah petani yang dulu hanya menghasilkan 1 ton gabah per hektare, kini bisa meningkat jadi 5 ton gabah per hektare. Tanah garapan pun bertambah luas jadi 30 hektare. “Targetnya bisa 6,5 ton per hektare, dan seluruhnya organik,” ujar Gatot.
Selain beras, perusahaan juga membantu peningkatan produksi semangka menjadi sebanyak 4 ton per minggu. Seluruhnya diserap perusahaan.
Gatot juga mengupayakan agar penduduk lokal bisa meningkatkan produktivitas peternakan bebek dan ayam kampung.
Baca Juga: Smelter Stainless Steel Masuk dalam Pipeline Proyek Trimegah Bangun (NCKL)
“Targetnya tahun depan 30% kebutuhan perusahaan disuplai oleh petani lokal,” kata Gatot.
Kebutuhan pasokan yang begitu besar itulah yang menjadi gula bagi para pendatang untuk mendulang peluang. Tercatat penduduk asli Desa Kawasi ini cuma 800 orang. Tapi datang sekitar 4.000 pemukim dari berbagai daerah, yang bakal terus bertambah.
Imbasnya, dalam waktu singkat penghuni Desa Kawasi membengkak. Muncul bangunan-bangunan baru yang menjadikan kawasan ini padat dan tidak tertata. Jalanannya pun becek berlumpur tanpa ada drainase.
Toh aneka macam bisnis terlihat hidup di sini. Mulai dari pasar basah, warung kelontong, warung makan, bensin eceran, agen bank digital, hingga panti pijat tradisional pun ada.
Tak hanya pekerja WNI, terlihat rombongan tenaga kerja asing (TKA) asal Tiongkok yang santai jalan dan berbelanja kebutuhan sehari-hari di Desa Kawasi.
Syukurlah hingga saat ini tidak ada gesekan sosial antara TKA dengan TKI ataupun warga sekitar sebagaimana pernah terjadi di Morowali Utara.
Di Kawasi ini banyak pula warga yang membuka usaha kos-kosan. Karena permintaan yang tinggi, pemilik tempat kos bisa menarik biaya Rp 1 juta per kamar yang sederhana dan tanpa AC.
Baca Juga: Trimegah Bangun Persada (NCKL) Bakal Lanjutkan Ekspansi Pabrik Nikel
Laris, walaupun cukup mahal untuk ukuran upah minimum provinsi (UMP) Maluku Utara yang sekitar Rp 3 juta per bulan.