UMKM - HALMAHERA SELATAN. Mama Cahya tampak bersemangat ketika menceritakan usaha mikro-kecil yang digarap bersama anggota kelompoknya di Desa Kawasi, Pulau Obi, Halmahera Selatan (16/9).
Para tamu yang siang itu berkunjung ke rumahnya pun disuguhi aneka camilan buatan Mama Cahya dan kawan-kawannya.
Perempuan paruh baya berkerudung itu kini memimpin kelompok UMKM yang beranggotakan 36 orang perempuan di desanya. Usaha yang mereka garap antara lain keripik pisang, keripik keladi, sambal ikan tuna, juga tempe.
“Saat ini omzet mereka sudah mencapai Rp 18 juta per hari, ratusan juta per bulan,” ungkap Gatot, Community Development Manager PT Trimegah Bangun Persada Tbk, anak perusahaan Harita Group yang mengelola ekosistem industri nikel di Pulau Obi.
PT Trimegah Bangun Persada Tbk, yang di bursa saham punya kode NCKL, terlibat dalam pemberdayaan masyarakat sekitar lingkungan kawasan industri mereka sejak tahun 2019.
“Mula-mula kami bikin keripik dari pisang buano, lalu berkembang menjadi 4 rasa,” ujar Mama Cahya yang nama aslinya Suryani Joronga.
Sampai saat ini pun, keripik pisang yang punya merek Horiwo paling laku. Dalam bahasa Tobelo, “horewo” berarti “mari berkumpul”.
“Kami memproduksi sebanyak 150 kantong sampai 200 kantong per minggu, dijual ke masyarakat Kawasi dan ke perusahaan,” kara Mama Cahya.
Baca Juga: Harita Nickel Mengokohkan Posisi sebagai Jawara Tambang Nikel Terpadu di Indonesia
Saat ini ada lebih dari 11.000 karyawan Harita Nickel Group yang bekerja di Pulau Obi, ditambah sekitar 6.500 orang kontraktor di proyek Kawasan Industri Pulau Obi. Tentu pasokan untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari menjadi peluang bisnis yang layak digarap.
Sebut saja dalam sebulan, kawasan industri milik Harita Nickel ini membutuhkan 20 ton tempe tahu, 9.000 butir telur, 35 ton beras, 8 ton bebek, dan bahan pangan lainnya.
Mama Cahya yang sudah tinggal di Kawasi selama 14 tahun bersama suaminya pun merasakan manfaat kehadiran Harita Nickel. “Dulu kami hanya bertani dan mencari ikan, dengan hasil seadanya,” ujarnya.
Untuk meningkatkan pasokan beras, sudah 1,5 tahun ini Harita Nickel terlibat dalam pemberdayaan petani lokal, melalui perbaikan infrastruktur pertanian dan dukungan sarana & prasarana produksi. Ada sekitar 70 petani dari 2 badan usaha milik desa (bumdes) yang menggarap 14 hektare sawah.
Hasilnya bisa segera terlihat. Sawah petani yang dulu hanya menghasilkan 1 ton gabah per hektare, kini bisa meningkat jadi 5 ton gabah per hektare. Tanah garapan pun bertambah luas jadi 30 hektare. “Targetnya bisa 6,5 ton per hektare, dan seluruhnya organik,” ujar Gatot.
Selain beras, perusahaan juga membantu peningkatan produksi semangka menjadi sebanyak 4 ton per minggu. Seluruhnya diserap perusahaan.
Gatot juga mengupayakan agar penduduk lokal bisa meningkatkan produktivitas peternakan bebek dan ayam kampung.
Baca Juga: Smelter Stainless Steel Masuk dalam Pipeline Proyek Trimegah Bangun (NCKL)
“Targetnya tahun depan 30% kebutuhan perusahaan disuplai oleh petani lokal,” kata Gatot.
Kebutuhan pasokan yang begitu besar itulah yang menjadi gula bagi para pendatang untuk mendulang peluang. Tercatat penduduk asli Desa Kawasi ini cuma 800 orang. Tapi datang sekitar 4.000 pemukim dari berbagai daerah, yang bakal terus bertambah.
Imbasnya, dalam waktu singkat penghuni Desa Kawasi membengkak. Muncul bangunan-bangunan baru yang menjadikan kawasan ini padat dan tidak tertata. Jalanannya pun becek berlumpur tanpa ada drainase.
Toh aneka macam bisnis terlihat hidup di sini. Mulai dari pasar basah, warung kelontong, warung makan, bensin eceran, agen bank digital, hingga panti pijat tradisional pun ada.
Tak hanya pekerja WNI, terlihat rombongan tenaga kerja asing (TKA) asal Tiongkok yang santai jalan dan berbelanja kebutuhan sehari-hari di Desa Kawasi.
Syukurlah hingga saat ini tidak ada gesekan sosial antara TKA dengan TKI ataupun warga sekitar sebagaimana pernah terjadi di Morowali Utara.
Di Kawasi ini banyak pula warga yang membuka usaha kos-kosan. Karena permintaan yang tinggi, pemilik tempat kos bisa menarik biaya Rp 1 juta per kamar yang sederhana dan tanpa AC.
Baca Juga: Trimegah Bangun Persada (NCKL) Bakal Lanjutkan Ekspansi Pabrik Nikel
Laris, walaupun cukup mahal untuk ukuran upah minimum provinsi (UMP) Maluku Utara yang sekitar Rp 3 juta per bulan.
Relokasi ke Kawasi Baru
Masalahnya, wilayah Desa Kawasi ini masuk dalam Kawasan Industri Pulau Obi, yang pada tahun 2020 ditetapkan sebagai proyek strategis nasional. Karena itulah muncul kebijakan untuk merelokasi warga ke permukiman baru.
Saat ini, peraturan daerah (perda) Halmahera Selatan tentang relokasi Desa Kawasi sudah keluar. Tapi petunjuk teknis alias juknisnya belum keluar.
Harita Nickel sendiri sudah menyiapkan Kawasi Baru, yang jaraknya sektar 2 km dari Desa Kawasi, sebagai lokasi desa relokasi. Secara fisik, kawasan permukiman beserta pendukungnya sudah siap untuk dimanfaatkan.
Tampak di Kawasi Baru itu sudah terbangun 259 unit rumah tipe besar dengan halaman yang cukup luas dibandingkan rumah mereka saat ini. Jalanan dan drainasenya rapi.
Baca Juga: Ekspansi Pabrik Nikel Trimegah Bangun Persada (NCKL) Kelar Habis Pemilu 2024
Ada kantor desa, masjid, gereja katolik dan protestan, pasar rakyat dan pusat bisnis. “Rumah-rumah itu bersertifikat hak milik, disediakan secara gratis,” ujar Gatot.
Dari “desa baru” ada akses langsung ke pelabuhan rakyat, yang di sekitarnya sudah tumbuh aktivitas bisnis. Di sekitar Kawasi Baru, Harita Nickel juga menyiapkan pengganti usaha kos-kosan sesuai dengan jumlah pintu yang mereka miliki saat ini.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga desa, Harita Nickel sudah menyiapkan total 4 hektare lahan untuk pertanian dan peternakan. Ada demplot tanaman sayur mayur, kebun jeruk, nangka, durian, hingga kandang kambing.
Persoalannya memang tidak mudah untuk memindahkan tempat tinggal warga. Walaupun berdesak-desakan dan terkesan kumuh, tapi di situlah sumber mata pencaharian mereka sehari-hari.
Bahkan, saat ini pun terbentang beberapa spanduk berisi penolakan terhadap relokasi.
Menurut Gatot, sebetulnya yang menolak relokasi itu berjumlah sedikit. Karena itu pihaknya perlu melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat setempat agar program relokasi berhasil.
Baca Juga: Target Ekspor Nikel Sulfat Trimegah Bangun Persada (NCKL) 240.000 ton Tahun Ini
Masyarakat pun harus diyakinkan bahwa dengan berpindah tempat tinggal tidak membuat mereka kehilangan mata pencaharian. Bahkan boleh jadi muncul peluang baru untuk menambah penghasilan dan kesejahteraan.
Relokasi warga Desa Kawasi ini memang satu persoalan sosial yang harus diselesaikan Harita Nickel secara mulus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News