Setelah "menghilang" 155 tahun, ibis sendok raja kembali terlihat di Sulawesi

Rabu, 23 Oktober 2019 | 04:00 WIB   Reporter: kompas.com
Setelah


BURUNG - Tepat di bekas batas wilayah Kerajaan Gorontalo dan Limboto, pinggir Danau Limboto, 18 Agustus 2019 lalu, Hanom Bashari melihat pemandangan sangat langka: tiga ekor ibis sendok raja (Royal Spoonbill).

Dengan menggunakan binokulernya, relawan penggiat lingkungan dari Perkumpulan Biodiversitas Gorontalo (Biota) ini, melihat sekumpulan burung termasuk ibis sendork raja tengah mencari makan menjelang senja di samping Pos Jokowi, bangunan sederhana yang pernah Presiden Joko Widodo (Jokowi) gunakan untuk mengecek proyek revitalisasi Danau Limboto, satu dari 15 danau kritis di Indonesia.

Hanom mendapati burung bernama latin Platalea regia ini berada di kerumuman kuntul kecil (Egretta garzetta), kuntul besar (Ardea alba), gagang bayam belang (Himantopus himontopus), trinil kaki hijau (Tringa nebularia), berkik ekor lidi (Gallinago stenura).

Baca Juga: Meningkatnya suhu permukaan Bumi mengancam kehidupan burung

Lalu, burung biru laut ekor blorok (Limosa lapponica), biru laut ekor hitam (Limosa limosa), trinil semak (Tringa glareola), blekok sawah (Ardea speciosa), ibis rokoroko (Plegadis falcinellus), dara laut kumis (Chlidonias hybrid).

“Awalnya kami mencari kuntul cina (Egretta eulophotes) di Danau Limboto, Kabupaten Gorontalo. Menjelang magrib kami menemukan sekelompok burung yang sedang mencari makan di genangan air berlumpur halus, ada burung mirip kuntul dengan bulu putih yang agak lain warnanya, ini tidak biasa,” kata Hanom.

Dengan menggunakan teropongnya, Protected Area Specialist, Enhancing the Protected Area System in Sulawesi for Biodiversity Conservation (E-PASS) Bogani Nani Wartabone ini berusaha mengenali burung yang berbeda tersebut.

Cara burung ini mencari makan tidak seperti kuntul besar atau kuntul kecil. Tapi, mirip bebek atau burung ibis rokoroko yang mencelupkan paruhnya ke dalam air dan menggerakkan-gerakkan sambil berjalan.

Baca Juga: Waduh, populasi burung di Amerika Serikat dan Kanada turun 29%

Burung-burung ini berkumul dalam genangan air dengan beberapa gundukan eceng gondok (Eichhornia crassipes) di sampingnya. Berkik ekor lidi lebih memilih berada dekat tanaman ini, sementara gagang bayam belang yang bersuara rebut lalu lalang mencari makan bersama kuntul besar dan kuntul kecil.

Beberapa trinil kaki hijau lebih memilih menyembunyikan kepala di balik sayapnya setelah kenyang makan. “Ternyata paruhnya panjang besar mirip paruh bebek, ini yang mengagetkan kami,” ujar Hanom, Senin (21/10).

Untuk memastikan jenisnya, ia membuka buku Field Guide to the Waterbirds of ASEAN yang memuat burung-burung air di kawasan ASEAN dan teritori yang berdekatan. Ada dua gambar yang mirip dengan burung yang dia temukan: ibis sendok kecil atau Black-faced spoonbill (Platalea minor) dan Royal Spoonbill (Platalea regia).

Kedua jenis ini sangat mirip, perbedaannya hanya warna gelap di wajahnya, Black-faced spoonbill ada bagian bulu putih di dahinya, namun sepintas keduanya mirip. “Kami berharap dari tiga individu ini merupakan dua jenis, ibis sendok raja atau Royal Spoonbill dan ibis sendok kecil atau Black-faced spoonbill. Ternyata hanya jenis pertama,” kata Hanom.

Kehadiran burung ibis sendok raja di Danau Limboto mengejutkan pera penggiat lingkungan Perkumpulan Biota. Ini merupakan catatan pertama kali mereka kehadiran jenis ini di danau kritis tersebut.

Baca Juga: BioDAR menggunakan radar cuaca, memonitor populasi serangga

Perkumpulan Biota merupakan lembaga nirlaba yang bergerak di bidang pendidikan konservasi dan pendampingan masyarakat. Lembaga ini sudah melakukan pengamatan burung di Danau Limboto sejak tahun 2015.

Dari lembaga inilah kemudian terlahir data burung di Danau Limboto yang berjumlah 94 spesies. Jumlah ini akan bertambah seiring temuan ibis sendok raja di lokasi tersebut.

Perjumpaan dengan burung yang memiliki wajah hitam dengan paruh besar mirip moncong platipus, hewan semi-akuatik yang lazim ditemukan di bagian Timur Australia ini membuat gembira penggiat lingkungan di Gorontalo. Tidak banyak catatan di Pulau Sulawesi yang ditemukan saat mengembangkan informasi tentang ibis sendok raja.

Hasil penelusuran di internet memunculkan informasi yang berasal dari jurnal tahun 1907, catatan ini berada di museum Leiden, Belanda. Jurnal itu menyebutkan, terdapat tengkorak ibis sendok raja yang sudah tidak sempurna yang dikirim dari Sulawesi oleh Carl Benjamin Hermann Baron von Rosenberg, seorang naturalis yang pernah mengunjungi Gorontalo pada 1865.

Baca Juga: Burung jago migrasi, ternyata memang bakat turunan

Tahun sebelumnya, Rosenberg mengunjungi Negeri Minahasa. “Penemuan ibis sendok raja ini didapat di persawahan Langowan, Minahasa. Itu sudah lama sekali, 155 tahun lalu, ” kata Hanom.

Hanom Bashari berusaha mencari informasi kehadiran ibis sendok raja di Pulau Sulawesi pascalaporan Rosenberg tersebut, namun belum menemukan. “Tidak ada lagi catatan kehadiran ibis sendok raja di Sulawesi setelah itu,” kata Hanom.

Catatan lama Rosenberg pada 1864 seakan membangkitkan kembali ingatan betapa lengan utara Pulau Sulawesi sangat penting dalam siklus kehidupan satwa liar, terutama burung air.

Rosenberg dalam bukunya Reistogten in de Afdeeling Gorontalo banyak menceritakan perjalanannya di Danau Limboto dan kekayaan hayatinya, termasuk buaya penghuni danau.

Secara spesifik, ia juga menuturkan ragam jenis burung di danau termasuk sebutan dalam bahasa Gorontalo, bahkan di reruntuhan Benteng Nassau dikisahkan burung-burung beterbangan terlihat dekat dengan orang.

Kehadiran ibis sendok raja di tepi Danau Limboto sangat mengejutkan pemerhati burung di Gorontalo. Tidak hanya karena penampilan fisiknya yang aneh, berparuh panjang seperti platypus, mamalia khas benua Australia.

Baca Juga: Ketika layang-layang Sang Brahma kembali ke alam bebas

“Selama ini, kami tahu bentuk paruh burung itu yang seperti biasanya meskipun beda ukuranya, namun yang ini terlihat seperti makhluk purba, tiba-tiba ada di Danau Limboto,” kata Indra Dunggio, fotografer Gorontalo.

Kehadiran burung berparuh besar ini membuat Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo turun langsung ke danau untuk melihat dari dekat. Nelson selama ini dikenal peduli dengan pelestarian danau, ia bahkan membuat lembaga Pusat Informasi Danau (PID) di Gorontalo dan membentuk Forum Danau Limboto.

Kini, Danau Limboto semakin ramai dengan kehadiran beragam burung, dari yang jenis penetap (resident) hingga pendatang (migratory). Hanom mencatat, dari 94 jenis burung di Danau Limboto, 41 di antaranya adalah jenis pendatang.

Baca Juga: Melihat perjalanan suaka si maskot Jakarta di Pulau Kotok

Kekayaan alam yang berlimpah dalam kawasan 3.000 hektare ini juga tengah dibuntuti bahaya sepanjang tahun, perburuan. Tidak ada upaya perlindungan yang berarti dari pemerintah meskipun danau ini telah berstatus Kawasan Strategis Nasional (KSN).

Penulis: Kontributor Gorontalo, Rosyid A Azhar

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menghilang" 155 Tahun, Ibis Sendok Raja Kembali Terlihat di Sulawesi"

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 3 Tampilkan Semua
Editor: S.S. Kurniawan
Terbaru