BMKG beberkan soal penyebab banjir bandang Sukabumi

Selasa, 22 September 2020 | 09:56 WIB Sumber: Kompas.com
BMKG beberkan soal penyebab banjir bandang Sukabumi

ILUSTRASI. LOGO?BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA


BANJIR - JAKARTA. Secara tiba-tiba, musibah banjir bandang melanda Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat, Senin (21/9/2020). Hal tersebut berdampak pada penutupan jalan. 
Jembatan ambrol di Desa Pasawahan Kecamatan Cicurug. Kemudian satu rumah dan satu unit mobil hanyut. Sejumlah bangunan jebol akibat banjir.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geosfisika ( BMKG) Bandung Toni Agus Wijaya menjelaskan, berdasarkan hasil analisis BMKG, curah hujan di beberapa tempat di wilayah Bogor dan Sukabumi mengalami hujan sedang hingga hujan sangat lebat.

Intensitas curah hujan mencapai 24.6 milimeter - 110 milimeter.

Dalam citra satelit himawari pada 21 September 2020, pukul 06.00 WIB, terpantau sel awan konvektif (awan penghasil hujan) yang tumbuh di wilayah Sukabumi.

Baca Juga: Bogor dan Sukabumi banjir, BMKG: Ada 3 faktor pemicu

Kemudian, pada pukul 14.30 WIB, awan mulai bergerak dan tumbuh di seluruh wilayah Bogor dan Sukabumi.

"Awan konvektif signifikan terus bergerak meluas memasuki wilayah Bogor dan Sukabumi hingga menyeluruh pada malam hari pukul 21.00 WIB," kata Toni kepada wartawan, Selasa (22/9/2020).

Hasil citra radar, tampak bahwa pada pukul 14.00 WIB terdapat pertumbuhan awan konvektif di wilayah Jawa Barat, Khususnya di Bogor dan Sukabumi. "Awan konvektif berupa CB terbentuk sangat cepat dan intensif, terlihat dari nilai reflektifitas yang cukup tinggi dan maksimum di wilayah tersebut dengan nilai sebesar 50 dBZ pada pukul 15.32 WIB," ucap Toni. 

Baca Juga: Cuaca hari ini di Jabodetabek sebagian besar hujan, tetap bawa payung

Dengan begitu, BMKG menyimpulkan berdasarkan pola sebaran angin 3000 ft pada 21 September 2020, pukul 19.00 WIB, pada umumnya angin yang melewati wilayah Jawa Barat dari arah timur laut hingga tenggara.

Terdapat TC Dolphin (996 hpa) dan tekanan rendah di sekitar perairan Filipina membentuk pola sirkulasi siklonik, daerah pertemuan angin (konvergensi) serta belokan angin yang cukup signifikan di sepanjang Selat Karimata hingga Jawa Barat.

Menurut Toni, kondisi ini mendukung suplai awan-awan hujan, di antaranya di wilayah Jawa Barat.

Baca Juga: Cuaca hari ini di Jawa dan Bali: Semarang cerah berawan, Surabaya cerah

"Serta didukung oleh faktor lokal, yaitu kelembaban udara yang basah, menyebabkan peningkatan aktivitas pertumbuhan awan hujan konvektif dengan jenis Cumulus padat dan Cumulonimbus yang menyebabkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, yang dapat disertai kilat atau petir serta angin kencang," kata Toni.

Berdasarkan kondisi musim, September ini memasuki masa transisi.

Potensi hujan yang terjadi karena faktor pemanasan pada pagi hingga siang hari, sehingga masih menyebabkan terbentuknya awan konvektif dengan jenis Cumulonimbus yang berpotensi terhadap cuaca ekstrem.

Cuaca ini membentuk angin kencang pada siang atau sore hingga menjelang malam hari.

Baca Juga: Cuaca besok di Jabodetabek sebagian besar hujan, tetap bawa payung

Berdasarkan data curah hujan di sekitar Sukabumi dan Bogor, telah terjadi hujan yang cukup merata dengan intensitas yang bervariasi ringan hingga sangat lebat pada sore hingga malam hari.

"Akumulasi curah hujan yang cukup tinggi dari hulu dengan durasi yang cukup lama berpotensi menyebabkan naiknya luapan air sungai. Pada daerah dengan dataran yang cukup rendah, hal ini berpotensi memicu terjadinya banjir bandang," kata Toni.

Banjir bandang melanda Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat, Senin (21/9/2020).

Hal tersebut berdampak pada penutupan jalan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Penjelasan BMKG soal Penyebab Banjir Bandang di Sukabumi"
Penulis : Kontributor Bandung, Agie Permadi
Editor : Abba Gabrillin

 

Selanjutnya: Apa kata BMKG soal dentuman misterius di Jakarta? Simak penjelasannya

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Terbaru