Mengkhawatirkan, kasus Covid-19 di Depok melonjak 4 kali lipat dalam 2 bulan

Rabu, 16 September 2020 | 07:40 WIB Sumber: Kompas.com
Mengkhawatirkan, kasus Covid-19 di Depok melonjak 4 kali lipat dalam 2 bulan

ILUSTRASI. Warga melintas di depan mural tentang COVID-19 di Pangkalan Jati Baru, Depok, Jawa Barat. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/foc.


Rumah sakit menjerit 

Entah akibat penularan yang semakin tinggi atau deteksi yang semakin gencar, faktanya jumlah pasien Covid-19 di Depok meningkat pesat. Kondisi ini terasa betul di beberapa rumah sakit rujukan sebagai hilir penanganan pandemi. “Kami juga tidak menyangka kondisinya seperti ini. Kami kira, sudah mulai menurun. Semuanya merasa ini beban yang berat, yang harus dipikirkan secara cepat jalan keluarnya,” ujar Direktur RSUD Kota Depok, Devi Maryori kepada Kompas.com, Jumat (11/9/2020). 

“Kita kemarin-kemarin sudah tenang. Mendadak seperti banjir bandang di mana-mana,” tambahnya mengenai lonjakan pasien Covid-19 di Depok belakangan ini.

RSUD Kota Depok sempat mengurangi jumlah tempat tidur khusus pasien Covid-19 dari 150 ranjang menjadi 48 ranjang selama Mei hingga Juli lalu. Kala itu, tren penularan Covid-19 di Depok memang sedang landai dan jumlah pasien sempat ada di titik terendah. Namun, sejak bulan Agustus, 55 tempat tidur yang disiapkan untuk pasien Covid-19 hampir selalu penuh. 

Baca Juga: Kota Bekasi bakal terapkan jam malam, tiru Depok dan Bogor

Sudah begitu, pasien bergejala sedang dan berat semakin banyak berdatangan. Kini, pihaknya tengah mencari cara agar jumlah tempat tidur itu dapat segera bertambah. Devi juga berencana menambah jumlah ICU Covid-19 yang saat ini sudah penuh, tetapi menemui rintangan soal ketersediaan perawat ICU Covid-19 yang harus kursus kompetensi khusus sedikitnya 3 pekan sebelum turun lapangan. 

Kondisi ini juga dialami di RS Universitas Indonesia, salah satu dari segelintir rumah sakit tipe B di Depok yang terpaksa menyeleksi pasien yang berdatangan. Ketersediaan ICU dan HCU juga terus menipis, namun tak mudah untuk menambahnya dalam waktu singkat. 

Baca Juga: Respons PSBB Jakarta, Ridwan Kamil putuskan Bogor, Depok dan Bekasi terapkan PSBM

“Kita punya ICU mungkin bisa dikembangkan sampai 30 ventilator, karena kita punya alatnya, tetapi kita tidak punya tenaganya. Menyiapkan tenaga yang bisa pegang ventilator, pegang ICU, itu kan tidak murah, tidak gampang, dan tidak dalam waktu yang sebentar,” jelas Manajer Pelayanan Medik RS UI, Rakhmad Hidayat dalam program Mata Najwa, Rabu pekan lalu. 

Tingginya jumlah pasien Covid-19 di suatu wilayah dikhawatirkan akan membebani kemampuan fasilitas kesehatan. Semakin banyak pasien, maka semakin banyak sumber daya dan tenaga kesehatan yang perlu dikerahkan untuk memantau, menangani, dan merawat mereka. 

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Terbaru