Penerapan new normal di Jatim tergantung dari tingkat risiko suatu daerah

Senin, 15 Juni 2020 | 21:02 WIB   Reporter: Barly Haliem
Penerapan new normal di Jatim tergantung dari tingkat risiko suatu daerah

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memimpin rapat koordinasi secara virtual Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) provinsi dan kabupaten/kota di Jatim, Kamis (9/4/2020).


DAMPAK VIRUS CORONA - JAKARTA.  JAKARTA. Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) terus mematangkan konsep new normal. Dimana basis utamanya terletak pada penerapan protokol kesehatan yang ketat yang memiliki tiga indikator diantaranya epidemiologi, sistem kesehatan dan surveilans.

Demikian disampaikan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat menyampaikan paparannya di hadapan Ketua DPRD Prov. Jatim dan para Ketua Komisi DPRD di Gedung Negara Grahadi, Surabaya,  Sabtu (13/6). 
 
Ia mengatakan, jika mengacu pada rate of tranmission (rt) di Jatim  sebenarnya antara tanggal 20 sampai 26 Mei selama  tujuh hari berturut- turut  rt di Jatim sudah di bawah 1. Tetapi tanggal 27 Mei kembali naik  diatas satu.
Indikator lain seperti kesiapan sistem kesehatan yang mencakup,  tenaga kesehatan , peralatan dan tempat tidur dihitung dengan  kemampuan  dalam  menangani peningkatan kasus covid-19 lebih besar 20%.

Baca Juga: Rahasia Jawa Timur mulai menurunkan wilayah zona merah menjadi zona kuning

Saat ini, kapasitas tempat tidur isolasi sejumlah 3.115  unit dimana terdapat pasien yang perlu perawatan sebesar 1.779 kasus positif, 2.375 kasus PDP dan 306 pasien ODP.  Sementara terdapat, 1.345 pasien yang dirawat diruang non isolasi dan RS rujukan.  
Gubernur Khofifah juga memaparkan, bahwa terdapat indikator lain menuju new normal yakni peningkatan surveilans. Dari jumlah total lab yang ada harus dilaporkan setiap hari oleh masing masing daerah. 
 
Saat ini, pemeriksaan PCR telah dilakukan sebanyak 36.410 test atau setara dengan 910 orang per satu juta penduduk sehingga perlu adanya peningkatan kapasitas lab yang ada di Jatim. 
 
Khofifah sapaan akrabnya menyebut, daerah yang bisa melaksanakan new normal bisa dilihat dari peta sebaran yang dikeluarkan oleh Gugus Tugas Pusat. Lewat peta sebaran inilah bisa diketahui suatu daerah berada di posisi risiko tinggi, sedang atau rendah bahkan sudah tidak terdampak. 
 
Berdasarkan data yang ada, saat ini dari 38 kabupaten- kota di Jawa Timur  terdapat 11 daerah berisiko tinggi,  22 daerah berisiko sedang dan 5 daerah berisiko rendah.  
 
"Ini akan menjadi pemetaan dari semua sektor apakah industri, perdagangan,  perkantoran,  privat sektor, kampus,   pasar tradisional hingga tempat ibadah terkait kepatuhan dan kesiapan daerah menyongsong new normal, " ungkapnya.  
 
Ia menyebut jika terdapat wilayah yang tidak terdampak atau berada di zona hijau bisa langsung melaksanakan  new normal. Akan tetapi, jika daerah tersebut berada di kawasan berisiko rendah atau  zona kuning maka bisa menyiapkan transisi  menuju new normal. Sedangkan, zona  berisiko sedang bewarna orange dan zona resiko tinggi  warna merah harus melakukan pengetatan kedisiplinan.
 
Nantinya,  peta ini akan terupdate setiap saat melalui gugus tugas pusat yang bisa diketahui secara tepat dinamika perubahannya sekaligus intervensi yang harus dilakukan. 
 
"Dalam posisi seperti ini, kalau kita ingin menuju transisi menuju  new normal maka,  peta ini menjadi petunjuk awal. New normal memiliki indikator yang cukup banyak masing masing indikator memiliki ukuran yang berbeda. Semua kita gunakan pedoman dari WHO dan Bappenas," urainya.  
 
Dalam paparannya, Wagub Jatim Emil Dardak yang juga selaku Ketua Rumpun Sosial Ekonomi Gugus Tugas Covid-19 Jatim menyebut,  Pemprov Jatim telah melakukan langkah langkah strategis guna pemulihan dampak sosial  ekonomi di Jawa Timur.
 
Di sektor pertanian misalnya, pemerintah terus menstabilkan harga dan penyerapan produksi argo. Salah satunya lewat operasionalisasi Lumbung Pangan yang menyediakan kebutuhan mayarakat seperti telur, ayam beku, ikan beku dan beberapa komoditi sembako murah lainnya.  
 
Sektor keuangan juga telah melakukan langkah,  berkoordinasi dengan OJK dan Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) untuk kebijakan restrukturisasi kredit.  
 
Serta realisasi restrukturisasi UMKM terbesar disumbang oleh Jatim dengan 746.000 debitur dengan total restrukturisasi Rp.  37,9 trilliun.  "Kami juga mengikutkan Bank Jatim dan Bank UMKM Jatim dalam restrukturisasi kredit," ungkapnya.  
 
Di hadapan para anggota dewan, Emil juga memaparkan realisasi bansos yang terbagi dalam tiga tahap yakni bansos dari  Kemsos, skema lain dan bantuan dari Pemprov. Untuk Bansos yang berasal dari Kemsos terbagi dari bansos tunai yang menjangkau 50% dari sisa Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dan sisanya dari DTKS.  
 
Sementara itu, Pemprov Jatim telah melakukan transfer Jaring Pengaman Sosial (JPS) ke 38 kabupaten/kota melalui cara mendahulukan pengisian data BLT-DD dan bansos tunai sebelum menyetorkan data JPS. 
 
Tak hanya itu, Radar Bansos sudah direalisasikan untuk warga di luar Jatim seperti Jabodetabek, serta sebagian dari warga  non KTP Jatim tetapi terdampak covid-19 di Jatim.   "Suplemen bantuan pangan Non Tunai (BPNT)  sudah disalurkan dengan top up lewat kartu Himbara BPNT," jelasnya.  
 
Ajak Seluruh Elemen DPRD Lawan Covid-19 bersama Pemrpov Jatim
Dalam sambutannya,  Ketua DPRD Prov  Jatim Kusnadi mengajak kepada seluruh elemen di jajaran DPRD Jatim untuk bersama sama Pemprov Jatim untuk melawan penyebaran Covid-19. 
 
"Kami tidak akan membiarkan  ibu Gubernur bekerja sendirian. Oleh karena itu,  kami akan terus berada di samping ibu untuk bersama sama melawan penyebaran pandemi Covid-19 di Jatim. Saya ingin mengajak semua elemen DPRD untuk bersama sama merasakan penderitaan masyarakat ditengah pandemi Covid-19 ini. Kami selalu ada dan selalu siap," jelasnya. 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon

Terbaru