Bung Karno dahulu berucap, “Kita hendak membangun satu negara untuk semua.
Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan
maupun golongan yang kaya, tapi semua untuk semua.” Maka segala pengambilan
kebijakan di kota ini haruslah didasarkan pada kepentingan publik luas. Pengelolaan
tanah, air, teluk dan pulau, tidaklah boleh diletakkan atas dasar kepentingan suatu
individu, kepentingan suatu golongan, kepentingan suatu perhimpunan, ataupun
kepentingan suatu korporasi. Semua untuk semua, Jakarta untuk semua, inilah
semangat pembangunan yang akan kita letakkan untuk Jakarta.
Jakarta adalah saksi bagaimana sebuah bangsa menempuh jalan terjal mendaki
untuk wujudkan mimpi merdekanya. Tanggung jawab kita kini adalah menjadikan
Ibukota menjadi kota milik semua. Setiap keluarga dan pribadi kita harus bisa
mengatakan dengan penuh rasa syukur, beruntung kita tinggal di Ibukota. Ibukota
harus menjadi kota yang manusiawi, kota yang memberikan ruang pada seni,
kebudayaan dan tradisi untuk berkembang, sekaligus kota yang kehidupannya
membahagiakan. Di ibukota semua harus berkesempatan untuk maju bersama.
Jakarta harus Maju Bersama.
Gubernur dan Wakil Gubernur tentu menjadi pemimpin bagi semua dan harus
menghadirkan keadilan bagi semua. Namun jelas pula bahwa kami hadir dengan
tekad mengutamakan pembelaan yang nyata kepada mereka yang selama ini tak
mampu membela diri sendiri, membantu mengangkat mereka yang selama ini
terhambat dalam perjuangan mengangkat diri sendiri.
Bang Sandi tadi sudah menegaskan komitmen dan paradigma ke depan tentang
pembangunan kota. Bang Sandi sudah jabarkan bagaimana kita akan bersama-sama
membangun dan mengelola kampung, jalan, sekolah, puskesmas, pasar, angkot, dan
berbagai aspek kota lainnya. Seperti kata Bang Sandi, ini adalah satu langkah
bersama ke depan, memastikan Jakarta yang lebih ramah mimpi.