Peristiwa

Hujan di Musim Kemarau 2025, Sampai Kapan Berlangsung? Ini Jawaban BMKG

Rabu, 13 Agustus 2025 | 04:15 WIB Sumber: Kompas.com
Hujan di Musim Kemarau 2025, Sampai Kapan Berlangsung? Ini Jawaban BMKG

ILUSTRASI. Fenomena hujan di sejumlah wilayah Indonesia saat musim kemarau tahun ini memicu tanda tanya publik. KONTAN/Carolus Agus Waluyo


KONTAN.CO.ID - Musim kemarau 2025 di Indonesia ternyata tak berjalan seperti biasanya. Alih-alih langit biru tanpa awan, sejumlah wilayah Indonesia justru diguyur hujan deras yang seharusnya jarang terjadi pada periode ini. 

Fenomena hujan di sejumlah wilayah Indonesia saat musim kemarau tahun ini memicu tanda tanya publik. 

Lalu, sampai kapan hujan saat musim kemarau 2025? 

Sampai kapan hujan di musim kemarau 2025 berlangsung? 

Berdasarkan prediksi bulanan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), curah hujan pada Agustus, September, dan Oktober 2025 diperkirakan tetap berada dalam kategori di atas normal. 

“Ini mengindikasikan bahwa potensi hujan di musim kemarau akan terus berlangsung hingga Oktober,” ujar Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sophaheluwakan saat dikonfirmasi Kompas.com, Senin (11/8/2025). 

Baca Juga: Masih Kemarau, BMKG: Waspada Cuaca Ekstrem hingga Pertengahan Agustus 2025

Namun, perlu dicatat, baru sekitar 51% zona musim di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT) sudah memasuki kemarau pada hingga awal Agustus. 

Angka ini lebih rendah dibandingkan kondisi normal yang seharusnya menunjukkan persentase wilayah kemarau lebih luas. 

"Kondisi ini mengonfirmasi bahwa beberapa bulan terakhir curah hujan memang berada di atas rata-rata," terangnya. 

Pengaruh Monsun Australia yang melemah 

Salah satu penyebab utama hujan masih turun mengguyur saat musim kemarau adalah melemahnya monsun Australia. Sejak Maret 2025 intensitas monsun ini cenderung lebih lemah dari normal. 

“Monsun Australia berperan penting membawa massa udara kering dari selatan. Ketika angin yang bertiup melemah, uap air di atmosfer tetap tinggi sehingga awan hujan mudah terbentuk,” jelas Ardhasena. 

Baca Juga: Jakarta Diguyur Hujan Deras Saat Kemarau, Simak Penjelasan Resmi BMKG

Selain itu, suhu muka laut yang lebih hangat dari rata-rata di sebagian besar perairan Indonesia juga meningkatkan kelembapan udara. 

Faktor ini turut mendorong pertumbuhan awan konvektif yang memicu hujan di sejumlah wilayah, meski seharusnya sedang kemarau. 

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Terbaru